Konsep Islami


Secara pemikiran, saya ini masih jauh dari konsep Islami. Makanya, secara penampilan seenggaknya saya berusaha untuk sedikit Islami. Karena baru hal itu yang bisa saya upayakan untuk "cari muka" di hadapan Allah subhanahu wata'ala. Trus kenapa? mau pamer? mungkin iya sih sedikit, tapi lebih banyak enggaknya sih :-)

Kok pamer?! Iya lah. Pamer ke semua orang yang ngelihat kalau saya ini muslim, orang Islam. Bukankah emang disebutkan kalau pakaian wanita muslimah itu sebagai identitas agar mereka lebih dikenali? (al-Ahzab:59) Jadi, kalau ada orang yang mau ngucap salam nggak perlu ragu karena identitas saya sudah dikenali sejak awal. Salam = doa keselamatan.

Lagian, itu sebuah perintah dari Allah yang emang a must. Jadi, kalau dari awal emang bisa ngupayain ya diupayain. Trus, enggak pamernya... saya nggak pengen pamer ke orang2, seolah2 dengan penampilan saya yang sedikit Islami ini nunjukin kalau saya udah setaraf para rahib2 yahudi. Karena kenyataannya emang nggak kayak gitu. Saya juga nggak pengen pamer, seakan-akan dengan penampilan yang sedikit Islami ini, saya punya pengetahuan segudang tentang konsep Islam. Sejak awal kan saya udah bilang, kalau pemikiran saya ini kadang masih sering melenceng.

Nah, trus kalau keimanan saya belum tinggi, pengetahuan saya masih minim, saya nggak boleh berpenampilan sedikit Islami gitu? widih, parah amat. Masa' kalau hancur, harus hancur total?! Saya nggak bisa kalau diminta kayak gitu. Maaf, tapi saya emang tipikal orang yang suka cari aman. Terutama kalau menyangkut urusan dengan Tuhan.

Cari aman versi saya maksudnya, saya emang sedikit egois dengan ilmu dan keyakinan yang saya punya. Saya, paling nggak suka dan sangat menghindari yang namanya perdebatan dan semacamnya. Terutama tentang aliran dan ajaran yang bersebrangan dengan yang saya genggam saat ini. Buat saya, I prefer staying with my little faith to being busy of seeking another opinions. Soalnya, saya paling males kalau udah ditempa keragu-raguan.

Mungkin buat sebagian orang, perasaan ragu itu adalah hal yang sepele. Tapi kalau buat saya, nyiksa banget. Makanya, saya nggak suka sibuk sama pendapat orang tentang aliran-aliran dalam Islam dan beberapa hal tentang eksistensi Tuhan. Lebih baik saya yakin saja dengan rukun iman dan rukun islam, meski nggak punya ilmu tentang pertanyaan2 tingkat tinggi para kaum filsuf itu. Dari pada saya ikut-ikutan mempertanyakan, lalu cari jawaban, tapi pada kenyataannya saya selalu meragukan semua tanya yang saya bawa.

Lah, trus kok saya yakin amat kalau apa yang saya yakini ini benar? Ya insyaAllah, lah ya. Kan manusia dibekali hati dan akal. Jadi, logika yang bersih insyaAllah mampu mencerna yang haq sebagai yang haq, dan yang bathil sebagai yang bathil.

Dan karena hati manusia itu berada di antara dua jemarinya Allah, yah patutlah kita untuk memperbanyak do'a. Agar kita diselamatkan-Nya. Dan satu hal, cobalah untuk terus menuntut ilmu dari sosok guru. Mengaji. Mengikuti kajian. Tarbiyah, ta'lim, sekolah, or whatsoever the name. Intinya, harus ada ilmu yang kita terima dari seorang guru. Siapapun bisa kita jadikan guru. Tapi untuk urusan agama, kita harus mengambil dari ahlinya. Karena ini menyangkut akhirat. Kehidupan kekal setelah akhir dunia. Jadi, jangan sampai menyesal kedepannya.

Kalau harus cari aman, kenapa enggak? Aman untuk akhirat is a must!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)