Terrorisme dan Agama



Kembali marak pemberitaan di media, tentang bagaimana densus 88 menggerebek tempat yang “diduga” menjadi sarang terroris. Bukti-bukti pun tak luput diungkapkan ke khalayak ramai, dengan modus bom bunuh diri atau bungkusan “misterius”. Maka bermunculan-lah nama-nama tersangka terrorisme, yang (hampir) kesemuanya bernafaskan Islam…

Ada yang mencela, ada yang mencibir. Ada pula yang menyebut itu hanya pengalihan isu. Bagaimanapun, media nasional dengan serta merta gencar membeberkan informasi tentang “keberhasilan” densus 88 dalam menangani terrorisme dalam negeri. 

Apakah kita patut berbangga karena Indonesia selalu (terlihat) aktif dalam pemberantasan terrorisme baik nasional maupun internasional? Indonesia selalu mendapat pujian dari negeri Paman Syam karena hal itu. Buktinya, dunia Internasional setidaknya “memandang” Indonesia dewasa ini. Buat apa menteri luar negeri AS bertandang ke Indonesia, bahkan datang ke acara “Dahsyat” segala? Apa karena segitu nge-fans-nya sama Olga Syaputra?!  Bwahahahahaha :-|

I must be out of my mind

Terlalu banyak hal yang saya rindukan. Dan ini membuat saya hampir gila. Ditambah lagi saya diserang flu berat. Rasanya saya benar-benar akan gila...

Question "Why Me"



Kenapa untuk hal-hal yang “menguji” banyak orang yang bertanya “why me?!”
Tapi ketika “nikmat” yang diberi mereka dengan mudahnya merasa “pantas” dengan nikmat itu.
Padahal jika kita mau jujur, kebanyakan kita “tidak pantas” untuk nikmat itu.
Bukan menggurui, hanya sekedar berbagi,
Bukankah Allah tidak pernah menunggu doa dan meminta persetujuan kita untuk nikmat-Nya yang melimpah ruah ini??
Lalu kenapa untuk satu ujian, Allah mesti permisi?


*sms nasehat dari kak Farah. Begitu menyentil :)

Hikmah Segelas Jamu



Sudah berbulan-bulan ini saya membiasakan diri untuk minum jamu. Sejak kembali ke rumah orang tua saya. Saya memang lahir dari orangtua yang asli Jawa. Hanya saja, jangan bayangkan saya seperti perempuan-perempuan Jawa pada umumnya. Saya sudah sangat terkontaminasi. Maka, saya tak bertutur halus seperti orang Jawa, namun keras seperti orang Sumatera. Saya juga tak suka bermanis-manis muka seperti orang Jawa, namun mencoba apa adanya seperti orang Sulawesi. 

Bagaimana tidak, saya menghabiskan 12 tahun saya bergaul dengan masyarakat Lampung, dan 5 tahun saya habiskan di Makassar. Hanya 3 tahun saya merasakan hidup sebagai orang Jawa di tanah Jawa. Dan saya tak menghitung tahun-tahun balita saya. Apa yang bisa dibanggakan dari usia yang tak bisa kau ingat dengan sendirinya???

My Favorites

 
Indomie rasa soto
 
Susu Full Cream
 
Roti isi keju
 
Ice cream rasa coklat
 
Bengbeng
 
Semua masakan olahan dari daging
    
 
 

Kecewa

Jangan mengidolakan manusia yang masih hidup. karena ia masih rentan dengan dengan kesalahan di masa mendatang. Jika ingin punya idola, pilihlah orang yang telah wafat. Karena ia tak lagi bisa melakukan kesalahan.

Saya pernah mengidolakan seseorang. Ia hebat dalam karir dan rumah tangga. Setidaknya, begitulah di mata saya. Ia pun hidup dalam kesederhanaan, padahal semua orang melihat ia sebenarnya sangat berkecukupan. Ia memiliki suami yang sholih (lagi-lagi seperti itulah di mata saya) dan tercatat sebagai dosen di salah satu kampus besar. Ia sendiri telah memiliki klinik sendiri. Selain itu, ia masih meluangkan waktu untuk memberi sedikit "pencerahan" pada para mahasiswi yang tengah galau dengan kehidupan.

Salah Siapa?



haps

Saya mungkin saja menunggu. Atau saya mungkin tak akan menunggumu. Untuk kehadiranmu yang tak nyata, saya bisa berharap apa?

Tahun-tahun berlalu, saya telah menjelma menjadi gadis unyu. Tapi kau, seperti apa batang hidungmu, saya masih saja tak tahu. Lagi-lagi saya bertanya, ini salah siapa?
Saya, kamu, hanya diam seribu bahasa. Tak perlu kata. Dari awal memang tak ada “kita”.

Salatiga, lebaran ketiga tahun 1433

Marry, We Marry...


Pernikahan…

Butuh tanggung jawab besar untuk bisa menjalani hal yang sesuai syariat dan sejatinya menyenangkan ini. Akan ada hak-hak pribadi yang harus rela disisihkan karena adanya kewajiban-kewajiban baru yang harus dijalankan.

Ketika masih sendiri, ada saja hal-hal yang berkutat pada ego pribadi. Tapi ketika telah menikah, ada seseorang yang harus dihargai. Dan tentu saja, ego diri tak lagi bisa selalu dituruti.

About LIfe


My life.

Hidupku seperTi musim-musim yang daTang silih berganTi. Kadang sangaT panas. Sampai-sampai rasanya Tak ingin keluar rumah saja. Hanya ingin duduk diam di depan kipas angin. Dengan pakaian serba minim.

Kadang juga sangaT basah. Sampai-sampai rasanya Tak ingin mandi saja. Hanya ingin meringkuk di bawah selimuT sambil memeluk guling.

Padahal, hidupku sebenarnya serba mudah. Jika musim sedang sangaT panas, saya hanya perlu menikmaTinya dengan seTeko es Teh manis dan beberapa poTong puding coklaT. Dan mungkin saja, saya bisa memanfaaTkan panas dengan menjemur kasur.

Lalu, jika musim sedang sangaT basah, saya pun hanya perlu menikmaTinya. Dengan secangkir kopi panas dan beberapa poTong pisang goreng. Mungkin juga saya bisa bersanTai sambil berendam air hangaT.

SangaT mudah. Hanya saja, kadang saya lupa bagaimana cara mensyukuri hidup ini.

haps