Ragu. Saya selalu membenci satu kata itu. Tapi ia begitu lekat padaku. Seakan-akan ia adalah bagian dari hidupku. Tak pernah ada keputusan yang tak dilalui tanpa berteman ragu. Saya benci. Karena, saya seperti orang yang linglung. Nggak konsen. Nggak fokus. I just do nothing. Ragu, saya sungguh membencimu.
Beberapa hari ini saya ragu. Saya punya segudang rencana yang perlu saya diskusikan dengan seseorang di tiap rencananya. Rencana A dengan si P. Rencana B dengan si S. Rencana C dengan si T. Tapi, saya selalu berjalan dalam keraguan. Makanya, hati saya berasa lelah masyaAllah. I need someone to talk with. But it seems I hardly find through the one. Saya jadi nggak bisa mengatakan semua isi kepala saya kesiapapun. Entah, kenapa saya nggak bisa mengurai ide2 kusut di kepala ini.
Saya jadi ingat dengan kata-katanya Aro dulu sekali, ketika saya masih kelas dua SMA.
"Kalo kita berinteraksi, pasti pilihannya cuma dua: Menyakiti atau disakiti. Tapi, masa' kita mau ngurung diri di kamar karena nggak mau mengambil salah satu pilihan itu?! Biarpun begitu, jangan pernah takut buat mengenal lebih banyak orang."
Dan sekarang saya takut banget. Saya nggak mau merusak apa-apa yang udah ada. Semua kenyamanan hidup yang saya rasa. Semua kebahagiaan yang sedang saya semai. Saya sudah capek menyakiti banyak orang. Tapi saya juga nggak mau jadi orang yang tersakiti. Lalu, apa yang harus saya lakukan?
Ragu. Sepertinya memang saya yang menautkan hati padamu. Sepertinya memang saya yang mengikatmu erat disisiku. Lalu, dengan sengak saya bilang membencimu. Ragu, maafkan saja kepicikanku. Sekarang, katakan padaku, apa yang harus saya lakukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...
Just make sure saya baca satu persatu :-)