Kontak Hilang

Pagi tadi, kakak ipar udah ngegerundel gegara semua kontak di BB-nya hilang. Seisi rumah diinterogasi, kalau-kalau ada diantara kami pelaku kejahatan tak termaafkan. Tapi, kami semua punya alibi. Jadi, satu kata yang dia kumandangkan berkali-kali hanya, "kacau".

Ngeliat kejadian itu, saya turut prihatin sekaligus membatin, yah, begitulah problema pemilik BB se-Indonesia. Sudah berulang kali saya temukan di TL twitter beberapa orang menulis, "tolong invite ulang pin BB saya" atau "Si BB maintenance, tolong buat temen2 menghubungi ulang." atau semacam "what???? BB bermasalah. Kemana semua kontak???? oh, No!!!" yah, semacam itulah.

That's why, i'm not really interesting having BB as mine. Disamping emang sayang sama budgetnya. Hehe :-)
Tapi, emang penting nge-antisipasi hal-hal semacam kehilangan kontak karena kelalaian kita atau emang tetiba hilang gitu aja. Kita emang perlu deh, nge-back up data-data kontak. Soalnya, pasti kebingungan deh kalo semua kontak hilang dan kita nggak punya back up nya. Sebut saja saya old-fashion-minded, tapi nyatetin semua kontak di buku, itu cara terbaik sebagai antisipasi dari kehilangan kontak. Dan, itu berguna banget buat saya yang susah ngapalin nomor-nomor kontak orang banyak. :-)

Kehilangan


Sejujurnya saya nggak pernah benar2 merasakan kehilangan. Mungkin belum pernah. Saya selama ini belum mengerti bagaimana ditinggalkan orang-orang yang saya kasihi. Seluruh keluarga saya alhamdulillah (semoga tetap) dalam keadaan sehat walafiat. Kakek nenek saya dari pihak bokap emang udah nggak ada sebelum saya lahir. Saya nggak pernah kenal mereka. Sementara dari pihak ibu, kakek saya meninggal ketika saya bahkan belum punya memori yang baik untuk mengingat wajah beliau. Dan nenek saya, masih bisa tersenyum ramah ke saya. Jadi, sejujurnya saya memang belum mengerti bagaimana harus menangis atau justru menahan tangis karena kehilangan.

Tapi, hari ini saya merasa hati saya sedih. Ayam peliharaan saya mati. Padahal, saya udah menganggap kl saya ini mamanya mereka. Dari seluruh suara yang ada, mereka cuma merespon suara saya saja. Interaksi kami main2 juga lumayan sering. Tapi, dua hari ini tiga ayam saya mati. Dan, rasanya sedih. Lebih sedih daripada mendapati ayam saya hilang atau nggak pulang.

Rasanya, saya ingin menangis lagi.

Que Sera Sera


Beberapa waktu yang lalu saya menemani zulfa (6tahun) dan Sofi (4tahun) nonton film kartun di B channel. Memang semacam tradisi keluarga kami, bagi orang dewasa untuk memilihkan program tontonan serta menemani mereka menonton untuk memberi pengarahan2 terkait apa yg mereka tonton. Dan berhubung saat itu uminya mereka (mbak saya) sedang sibuk di dapur, neneknya mereka (nyokap saya) sedang keluar, jadi saya lah yang akhirnya menemani mereka nonton film kartun kesukaan mereka. Kartun tentang domba2 itulah, shaun the ship, diteruskan timmy time, lalu pororo.

Saya nggak begitu excited sebenarnya. Hanya saja, memang perlu untuk menemani mereka, mengerti jalan cerita, sambil menyelipkan satu atau dua nasehat terkait do or don't berdasarkan contoh dari kartun yg sedang mereka saksikan. Nah, ada hal yang membuat saya excited saat jeda film, yaitu tayangan segerombol anak-anak membentuk paduan suara (semacam pertunjukan panggung), lalu ada guru yg mengiringi mereka dengan piano, lalu di bangku penonton, ada ibu-ibu mereka. Mereka menyanyikan sebuah lagu, Que Sera Sera. Dan, ketika saya perhatikan, ternyata anak-anak itu memiliki kekurangan dibanding anak2 normal yg biasanya. Yah, anak2 itu adalah anak2 berkebutuhan khusus. Menyaksikan tayangan itu, hati saya seperti diremas-remas. Sedih...

When I was just a little girl, I asked my mother what will I be. Will I be pretty? will I be rich? Here's what she said to me...
Que sera sera, whatever will be, will be. The future's not ours, to see
Que sera sera, what will be will be..
When I was just a little boy, I asked my mother what will I be. Will I be handsome? will I be rich? Here's what she said to me...
Que sera sera, whatever will be, will be. The future's not ours, to see
Que sera sera

Sama seperti saya, dua keponakan saya pun terpukau. Betapa kita perlu menumbuhkan ulang empati kita. Dan, memupuknya lebih dalam.
Dan, hari ini saya baru tahu dari mbak saya kalo ternyata tayangan itu sebenarnya diambil dari iklan asuransi jiwa di thailand sana. Yah, whatever, tapi tayangan itu inspiratif menurut saya. Kita memang mungkin sudah sedikit kehilangan empati kita.

Yang belum tahu arti que sera sera, maknanya yah itu, what will be, will be. Apa yang terjadi, terjadilah.

Mari, yang ngerasa normal dan nggak memiliki kebutuhan khusus, berbuatlah lebih banyak. Jadikan dirimu manusia yang berguna bagi sekitarmu. Dan, tumbuhkan empatimu. Berbagilah untuk sesama. Bantulah mereka yg ada di luar sana. Dan, bersyukurlah kepada Allah atas kesempurnaan fisik dan mentalmu.

Just FYI


Alhamdulillah, saya sudah berhenti menangis. Pun, saya sudah nggak sedih. Ehm, seenggaknya saya udah mengupayakan nggak sedih lagi. Satu persatu hal dalam hidup hilang, bukannya itu hal yang biasa? I just a moment bring back my memory. Setelah itu, ya sudah. Semua yang ditangisi pun nggak akan kembali. Nggak akan berulang. Jadi, yang bisa saya lakukan hanya menatap ke depan.

Apa yang terjadi ke depan, jangan tanyakan. I'm still hoping for the best. Doakan saja.

Crybaby #2


Saya mungkin masih ingin menangis lebih lama. Rasanya sudah lama sekali saya tidak menangis seperti ini. Saya hanya ingin merasai lagi airmataku yang asin dan lengket. Saya hanya ingin merasai kembali hati yang nyelekit. Saya hanya ingin membebaskan kepala dari denyut. Entahlah, saya mungkin sebenarnya hanya ingin merusak lebih dalam otak ini menjadi lebih sekarat.

Entahlah, saya hanya masih ingin menangis lebih lama. Itu saja.


Crybaby


Untuk kesekian kalinya saya menangis lagi. Berasa ada yang nyelekit dalam hati. Kalau seperti ini saya menyesal kenapa terlalu idealis. Tapi, saya nggak bisa kl disuruh membuang semua idealisme itu. Itu artinya saya disuruh berhenti. Itu artinya saya disuruh mati.
I need someone has the same sight with me. I need someone will walk in the same way with me. I need someone will fight for the treasure with me.

Angin pun Berbisik Padaku


Pernahkah kau mendengar angin berbisik di telingamu? Seolah ia hendak memberitahumu sesuatu....

Saya pernah merasakannya. Selama dua puluh tahun lebih saya menjelajah bumi, melangkahkan kaki kemana saya bisa, saya merasa angin berbisik padaku dua kali.

1) Pertengahan 2008. Saat bersama Risna perjalanan dari Bone menuju Sinjai. Saat itu kami cuma berdua. Naik motor. Saya duduk dibelakang. Terlalu takjub dengan pemandangan di sisi kanan kiri jalan, tiba2 saya dikejutkan dengan suara yg nggak pernah saya dengar sebelumnya. Angin berdesir ditelingaku. Tajam. Saya nggak tahan. Takut. Saya mengabaikannya. Tapi, angin tetap saja berdesir kuat. Saya tanya Risna, dia nggak mendengarnya. Saya nggak mengerti apa yang angin coba sampaikan ke saya. Saya nggak punya kemampuan Nabi Sulaiman...

2) Awal 2013. Saat perjalanan ke Bioa. Saat itu perjalanan ramai2 naik motor. Konvoi. Bahkan sempat merasakan dinginnya hujan. Saya, masih jadi orang yang dibonceng. Pun, masih takjub dengan indah dan hijaunya pemandangan sisi kanan kiri jalan. Ditambah cuaca sejuk embun pegunungan.  Lalu, saya mendengar suara angin lagi. Saat itu, desirnya lebih indah dan nggak seribut saat di sinjai dulu. Tapi, saya masih nggak memahami apa yang hendak angin sampaikan padaku. Saya, hanya mencoba menikmati desir suaranya yg riuh rendah dikedua telingaku.

Sebut saja saya mengada-ada. Tapi, pengalaman kedua membuat saya terkadang ingin mendengar angin berbisik padaku lagi. Mungkin suatu hari nanti. Semoga.

Apart


Kamu tahu, saya tak pernah bisa membaca buku yang sama dua kali. Begitulah, saya tak bisa menerima kembali orang yang telah pergi meninggalkanku.

What a nightmare could be so conquer

Can You See Me?


Akan ada massanya dimana kamu akan berkata, "who really that care, sih." Dan kamu akan terus dengan keacuhanmu. Kebodohanmu. Yang membawamu pada kehancuran.

See me, the one who always care about you. A white lie you always want to hear.

Ignite


"Kemana passion kamu sih, haps? You changed yourself a lot. I don't even know you now. Saya nggak suka dengan kamu yang mudah banget ngerasa bahagia. Padahal, hal-hal kayak gitu semua orang pun punya. Standar kebahagianmu rendah banget. Saya nggak suka."

Ucap seorang teman di telepon setelah dia bertanya kabar ke saya, dan saya bercerita tentang bagaimana bahagianya saya. Dan satu hal juga yang dia ungkapkan ke saya,

"Oh, ya. Kemarin saya lihat fotomu di camdig-nya kak R. Senyum kamu terlalu lebar."

Dengan lugunya saya menjawab, "Ahaha, iya, mungkin waktu itu saya terlalu bahagia bisa ketemu temen2 lama."

"Malah mengerikan tauk saya ngeliatnya."

FLUSH
LUSH
USH
SH

#*#&×;$£_€+?-&$÷₩!"&;×%-€+*@;^"*$$&%×÷£÷¥+¥#?'*(×¥

Friend


Apa ya sebenarnya yang menghubungkan kita? Berawal dari dua orang yang nggak saling kenal. Nggak ada peluang untuk saling kenal. Lalu, takdir mengubah alur hidup kita menjadi seperti sekarang ini. Setidaknya, seperti itulah yang saya rasa. Entah kalau semua ini hanya rasa sepihak dari saya saja. Haha, tapi kalau ditilik, pasti ada, walau cuma sedikit, yang berubah dari hidupmu karena telah bertemu saya. Haha

Dua kali pertemuan, dengan intensitas hampir sebulan. Tanpa rencana, tanpa rekayasa. Semua benar2 telah ditakdirkan. Berawal dari segala yang asing tentang kita berdua, lalu keacuhan, dan pada akhirnya suasana mencair menjadi basa-basi antar sesama rekan. Lalu, ada sapaan, ada bercandaan, ada bayolan, ada permintaan, ada pemakluman, ada pertolongan, dan ada perjanjian.

Terima kasih ya, teman. Kita dulu dua orang di belahan dunia tanpa ada persinggungan. Tapi sekarang, kita punya ikatan, persahabatan. Terima kasih, kawan. Tetap jadi teman ya. Prinsip saya, kawan itu selamanya. Nggak ada expired-nya. Berapa lama pun kita nggak pernah lagi saling bertemu dan menyapa karena kesibukan kita, kita tetap teman selamanya.

DON'T DO THIS, PLEASE!


Pernah beberapa kali saya mendapati pengendara sepeda motor yang tetap melajukan kendaraannya sambil sms-an. Rasanya, greget pasti. Jengkel! Gimana enggak? Secara, pengendara seperti itu membahayakan orang lain. Siapa peduli kalau dia mati, toh dia sendiri nggak menghawatirkan dirinya sendiri. Tapi, bagaimana dengan nasib orang sekitar yang terluka karena kecerobohan dia? Menjengkelkan banget kan???

don't do this, please!


Saya pribadi, bukan tipikal pengendara yang baik, sih. Tapi seenggaknya kerugian itu berimbas pada diri saya sendiri. Semisal, saya (kadang) masih suka males disuruh pake helm. Apalagi kalau jarak tempuhnya nggak terlalu jauh dan area yang dilewati bebas dari pantauan polisi :-D Tapi, kerugian dari kelalaian saya itu imbasnya ke saya sendiri. Saya pernah jatuh, dan kepala saya terbentur aspal. Yang rugi, saya sendiri.

Nah kalo case-nya berkendara sambil sms-an??? Well, mata kita emang ada dua. Trus kanan lihat ke ponsel, kiri lihat ke jalanan di depan, emang bisa???? Artinya kedua mata harus fokus pada satu hal kan? Whether sms yang begitu penting atau jalanan di depan dengan nyawa ada dimana-mana. Kalo emang sms-nya begitu penting dan nggak bisa di-pending, mbok ya minggir dulu. Kalo udah bisa fokus sama jalan baru deh jalan lagi.

Saya malah masih lebih bisa mentolerir pengendara yang berkendara sambil teleponan. Meski menurut aturan berkendara dari kepolisian, inipun tetap DILARANG. Toleransi saya untuk hal ini lebih didasarkan pada kemampuan mata untuk bisa fokus ke jalan. jika seorang pengendara terdesak untuk menerima telpon sementara dia sedang menyetir, seenggaknya telpon itu meminta fokus lebih pada telinga dan mulut, sementara mata tetap bisa fokus ke jalanan di depan.

Well yah, mari mulai dari sendiri nggak egois di jalan. Karena disana betebaran nyawa-nyawa. Kalau kita careless terhadap keselamatan pribadi, ada baiknya kita pikirkan orang lain yang sayang pada diri sendiri. Yuk, lebih berhati-hati.

*pict randomly from google



Kala itu Kamu


Kala waktu terasa lengang, ada satu yang selalu menganggu: rindu, kamu.

Siapa saya,siapa kamu, kita akan semakin sering bertanya. Selanjutnya, kita masih terus bertanya.

Apa saya sempurna? Apa kamu paling purna? Kita masih terus mempertanyakannya. Bahkan, untuk setiap detik saat hati kita bicara: Kamulah.

Short Circuit


Hanya ingin menyangkal. Hanya ingin lari. Nggak ada kata seandainya. Jika memang nggak akan terjadi, ya semoga nggak terjadi. Nggak ada apa-apa. Nggak akan ada apa-apa, insyaAllah. Kehendak Allah yang baik, jangan mengandai sesuatu yang buruk.

Jika kemarin sempat hanyut, semoga jadi pengalaman berharga. Esok, InsyaAllah kembali bahagia. Percaya!

Hanya Saja


Perubahan yang mendadak? Sikap yang tak lagi sama? Apa perlu ditanya kenapa?!

Jawabannya: Saya memiliki sifat khas manusia. Saya mungkin ingin kata "maaf" keluar dari mulutmu untuk menebus kekecewaanku. Saya mungkin hanya ingin melihat rasa bersalahmu. Meski kali ini kita nggak sedang bertarung, saya ingin kamu menyadari kesalahanmu: Kau menyemai asa milikku. Namun, dalam diam kau meruntuhkan semangatku.

Setidaknya, saya berharap kau mengomunikasikan ketidakmampuanmu. Bukan mengatakan "Yaudah, terserahlah." Tapi kau malah mengunci pintu dan bersembunyi.

Tapi, asal kau tahu, saya sedang berusaha. Mengaplikasikan ilmu yang saya punya. Menjadi manusia berharga. Yang, meski ada luka, saya tetap tersenyum dan kembali menyapamu. Menjalani sekali lagi, jalan kehidupan yang diganjar syurga. Itulah cinta. Itulah ukhuwah.

Meski nggak mudah, yakinlah saya sedang berusaha :-)

Robbana


Robbi, terima kasih.

Best Partner


Kalau saya menyesatkan, lalu apakah kamu hendak ikut tersesat bersamaku? Dan bagaimana jika saya berniat untuk pulang kembali? Apa kamu akan tetap mengikutiku?

Saya berharap kita bisa menjadi partner dunia akhirat. Jadi, kita berdua nggak boleh sampai tersesat. Terima kasih sudah jadi bagian hidupku. Nggak boleh cuma di dunia. Harus bisa tetep kumpul sampe di syurga. Yuk, usaha!

Arfi - 1st Partner HI UH 06
Rina - 2nd Partner HI Uh 06
Kak Farah - quality time Partner in the Corner
Kak Ita - Black Avanza Partner
Kak Lili - BTP lived partner
Anez - MAN Salatiga Partner
Nashir - Incredible Young Partner
Kak Shofi - First Time Harder Partner
Rysmah - Shoot Journey Partner
Rahma - Now event Live Partner
Risna - BoneSinjai Momento Partner
Wana - Full Help Partner
Marni - Mengarungi Fun Partner
Eli - MPM women Partner
Tini - Humas Partner
Mimi - MPMP Partner
Eka - Fall Riding Partner
Kak Ayu - Silent Reading Partner
Dani - HardCore Sospol Partner
Dila - Good Packaging Partner
Kak Nenshi - Kakak Ipar wannabe Partner
Ani - Once awhile Partner
Nuari - Good will Partner

Dan semua yang nggak bisa saya sebutin satu persatu. Bukan karena kalian nggak bermakna, tapi karena limit saya sebagai manusia.

(seems like) kapal pesiar


Pengalaman naik kapal Dharma Kencana IX jurusan Lampung - Jakarta. Jum'at 31 Mei 2013.
Spot cantik bagian depan. Like a privat ferry bingit dah :)

Get in Lost


Kalau kamu nggak tau jalan, dan ternyata GPS menyesatkan, tenanglah. cari pos polisi terdekat.

Apakah ini solusi yang efektif? Gak tau juga. Saya belum pernah nyoba. Baru jadi niat semata.