Againts Calculus


Kalkulus adalah cabang matematika yang fokus pada fungsi, limit, derivative, integral, dan deret tak hingga seperti deret Taylor dan Mc Laurin. Tapi saya tak sedang ingin membahas secara mendalam tentang kalkulus, karena saya bukan anak matematika. Pun saya tidak kuliah di jurusan Matematika. Pun tidak pernah mengambil kuliah tentang Kalkulus ketika kuliah. Namun, sepertinya saya menyadari bahwa Kalkulus begitu dekat dengan saya.

Ketika googling untuk mencari tahu lebih detail tentang Kalkulus, saya mendapati sebuah catatan bahwa "Kalkulus bukan sekedar Kalkulasi" (karena secara awam, saya memang mengartikan kalkulus sebagai kalkulasi). Tapi kemudian saya mendapati dari sebuah link ini bahwa Kalkulus (Dasar) adalah pembahasan yang berkaitan dengan Fungsi dan Grafik (yang berkaitan dengan hubungan antar titik, garis, dsb; pun bilangan yang berkaitan dengan pencacahan, pengukuran, dan perhitungan; fungsi atau pola aturan; pemetaan), Limit (mencari nilai dengan pendekatan ke kanan atau ke kiri), Integral (bahwa jumah membawa implikasi yang sangat besar), dan lain sebagainya, semacam itulah pembahasan kalkulus.

Kenapa Kalkulus begitu dekat dengan saya? Entah sejak kapan ini terjadi pada saya, tapi sejauh ini saya menyadari bahwa dalam menjalani kehidupan ini, saya selalu penuh dengan kalkulasi. Yang dahulu, saya pikir kalkulasi saya hanya terbatas pada untung - rugi, atau take and give semata. Ekonomi, Bisnis. Manajemen.

Tapi ternyata tidak. Kalkulasi saya sekompleks matematika (Kalkulus). Jika dalam hidup saya hanya memperhitungkan untung - rugi, maka saya tak akan memikirkan orang lain. Yang penting saya untung, terserah orang mau kena imbas apa. Kalau kalkulasi saya hanya sekedar take and give, saya hanya akan memikirkan untuk mendapat dari orang lain sebanyak yang bisa saya dapat dan mempersedikit apa yang harus saya berikan pada orang lain.  Itu prinsip Ekonomi.

Tapi sekali lagi tidak. Kalkulasi saya sekompleks Kalkulus. Perhitungan tentang hubungan yang terjalin antara saya dan orang-orang di sekitar saya, menjadikan tujuan saya bukan hanya sekedar memenuhi keuntungan pribadi (apakah keuntungan yang benar-benar materi atau keuntungan batin). Harus ada kerelaan untuk "rugi" secara materi atau perasaan dengan mengkalkulasikan hubungan yang sudah terjalin.

Kalkulasi untuk tetap menjalani hidup dengan idealis sesuai dengan pola aturan. Bukan hanya sekedar mencari kenikmatan fana yang mungkin sudah banyak dikerumuni orang-orang hari ini. Kalkulus. Kalkulasi yang kompleks.

Anak Sospol berbicara Kalkulus, saya mungkin seperti orang buta yang sedang mendefinisikan siang dan malam. Haha.

random by googling