Be Bold, Haps!


Dan sesungguhnya saya selalu ingin menekankan diri, "haps, kalo semisal kamu belum bisa jadi baik, seenggaknya jangan jadi orang brengsek." Karena satu hal yang saya yakini: Meski kita belum mampu melakukan suatu kebaikan, sukai (red: terima) aja dulu kebaikan tersebut.

Beberapa hari ini pikiran saya kembali dikacaukan dengan segala keserakahan dan hal hal yang berbau tidak qonaah. Saya kembali mempertanyakan orientasi hidup saya. Mau apa saya? Apa yang akan saya lakukan? Apa yang ingin saya raih? Apa kamu sudah puas dengan hidupmu, haps? Begitu terus. 

Dan karena itu, keserakahan saya kembali merebut alam sadar saya. Saya ingin lebih, lebih, lebih dari yang saya miliki sekarang. Dan saya memoles cantik keserakahan saya dengan sebuah kalimat indah, "saya ingin merasakan eskalasi hidup saya selanjutnya."

Lalu saya sadar, jika saya menurutinya, saya nggak akan pernah berhenti. Karena sifat dasar manusia memang nggak akan pernah puas. Dan, saya tahu saya sering tidak pernah puas. Maka, saya berusaha mempertahankan keidealisan saya secara keras. Meski mungkin saya masih sering ringkih dan out of the track sometimes.

Saya ingin menjadi idealis. Meski kenyataannya saya jauh dari kata idealis. Tapi, saya nggak ingin memberi excuse pada diri untuk nggak lagi idealis. Biar saja kalau semua orang di dunia ini punya alasan untuk nggak idealis, tapi kamu nggak boleh haps! Karena sekali saya lunak terhadap diri, saya mungkin akan sangat jauh tersesat.

Dan saya selalu takut untuk tidak bisa kembali.

Haps, kebrengsekan kamu jangan ditambah-tambahin. Untuk hal yang kamu nggak yakin bisa hadapi, jangan coba-coba masuk dan tenggelam disitu. Kan sudah tahu kalau kamu nggak bisa berenang. Haps, jangan berharap ada yang datang menyelamatkanmu. Kamu jaga dirimu sendiri agar tetap selamat, itu sudah cukup.

Haps, biar aja semua orang dengan segala excuse-nya tentang dunia, be bold! Be bold, haps! Biar saja kalau semua orang sudah nggak lagi idealis. Just stay where you are. Be bold, be bold, haps! Kalau berusaha tetap idealis aja kamu masih sebrengsek ini, gimana kalau kamu buang semua idelismu itu? So warned yourself to be bold, haps!

Haps, kamu nggak mau menyesal kan? So,  be bold, haps!

Yesterday, on the Phone


Her : What's going on this time?

Me : I supposed, apakah saya se-desperate itu?

Her : What are you talking about? What what? Desperate? Haha (she laugh)

Me : (sigh) Iya, apakah saya terlihat desperate banget, sampe kejadian kayak gitu happened in me.

Her : Lah, emang kamu ngerasa gitu?

Me : Oh Tuhan. I'm not! I am not! It's not what I've been thinking about being desperate, but saya heran, apa dia pikir saya desperate gitu? Kok dia nggak mikir dari sisi saya, justru egois gitu dengan dirinya sendiri?

Her : I thought kamu harus ngasi pelajaran ke dia?

Me : What do you mean with 'ngasi pelajaran ke dia'?

Her : You should know better than me. Whether you ignore dia selamanya. Or kamu tegasin ke dia. Or apapun yang kamu rasa bisa buat dia nggak ngelakuin itu lagi ke depannya.

Me : I did.

Her : That's good. Someday, when dia datang lagi, you should keep in mind, dia itu jerk after all. Kok saya ngerasa orang kayak gitu ngejengkelin banget sih? Crazy? No, no, worse than just crazy.

Me : (laugh) Ya, i keep on being conscious kok. I could still differ whether's right or wrong. ( I smile) just trust me.

Her : That's a relief. Berarti saya masih ngobrol sama haps nih ya. Haha (She laugh)

.................................................................................





You. You realized it or not, tapi seharusnya kamu tahu kalo percakapan ini adalah tentang kamu. Jadi jangan pernah datang lagi kalo kamu cuma bakal membuat saya terkesan sebegitu desperate-nya. I hope this is the last time saya harus keganggu sama percakapan kayak gitu lagi. Kalau kamu emang bener-bener ngerasa teman saya, nggak sepantasnya you make me down. And you should realize, kalau kamu tetap begitu, sooner or later, kamu nggak bakal bisa menemukan saya meski di dunia maya sekalipun. Kalau saya bisa mnghapus akun facebook saya, kenapa enggak dengan twitter dan blog?

You must know, when I said I will, so I really will!









Bring Back The Memories


Tadi siang, saya melihat ada komentar baru yang masuk di kotak moderasi blog saya. Dari anonim. Jadi, saya nggak berani menebak-nebak siapa. Dari isi komentarnya, saya juga bingung hendak menebak siapa penulis komentar itu. Jujur saja, saya agak parah jika berkenaan dengan ingatan. Maaf.

Dan saya minta maaf lagi karena tidak menerbitkan komentar tersebut. Karena saya pikir, komentar tersebut bisa terbaca ambigu. Jadi, mungkin postingan kali ini akan mewakili jawaban saya pada si anonim yang telah berkomentar pada tulisan saya yang berjudul #random.

Dari komentarnya, saya memang nggak bisa menebak dengan pasti siapa orangnya. Tapi seenggaknya, saya merasa bahwa si anonim itu adalah teman lama saya. Si anonim menyebut tentang salah satu moment kami di Bis. Tapi, saya lupa dengan moment tersebut. Kalau hendak menyambungkan dengan kalimat yang si anonim tulis, justru ingatan saya lari ke kaki gunung. Bukan ya? Inilah yang saya sadari tentang jeleknya ingatan saya. Dia sering menyesatkan saya. Haha.

Bisa jadi ingatan saya yang salah atau lagi-lagi ingatan saya tengah tersesat. Tapi, buat apa sih kembali membicarakan masa lalu? Padahal kita tahu kalo masa lalu itu sudah jauh tertinggal. Kenapa terus hidup dalam bayang masa lalu? Padahal kita sudah bertahun menjalani hidup untuk hari ini. Kenapa mempertanyakan tentang pertemanan kita? Bukankah sejak awal saya katakan, tidak ada istilah mantan teman bagi saya. Sekali teman, selamanya teman. Meski lost contact sekalipun. Meski jarak kita bermil-mil jauhnya. Jadi, kalau kau tanya apakah saya masih menganggapmu teman, saya jawab IYA.

Tapi, seharusnya kamu tahu bahwa hubungan kita nggak akan mungkin sama lagi, kawan. Kita sudah punya kehidupan masing-masing. Kamu punya prioritasmu dan saya dengan dunia saya. Jadi, apa yang masih menjadi harapan kita kecuali doa? Untuk kebaikan satu dan yang lainnya? Bukankah itu relevansi sahabat?

Kawan, sudahlah. Berhenti mempertanyakan masa lalu. Tidak ada yang bisa kita lakukan dengan semua yang telah terjadi. Kenapa harus ada penyesalan? Tentang kenapa saya memilih jalan yang berbeda, kenapa saya nggak berkata ya, jawaban saya, SEMUA SUDAH DITAKDIRKAN. Saya juga nggak tahu harus menjawab apa jika kau tanya kenapa. Karena saat itu saya tidak tergerak untuk berkata ya. Dan, saya juga nggak akan bertanya kenapa-kenapa padamu. Karena semua sudah berlalu. Dan, semua cerita yang menjurus pada luka sudah saya kubur dalam-dalam. Karena saya ingin kenangan yang kembali muncul (jika saya ingin mengenang) adalah kisah yang manis. Dan, persahabatan kita adalah kenangan yang manis.

Watch Your Mouth, Girl!


Siang ini saya punya jadwal ngajar tahsin di Malahayati. Seperti biasa,ketika diangkot saya memilih menikmati pemandangan luar jendela. Dengan kaca dibuka lebar. Kali ini, saya memilih duduk di belakang paling pojok. Toh, tujuan turun saya paling ujung tempat angkot berhenti. Sesekali saya melirik ke arah pintu. Tiap kali ada penumpang naik. Mungkin saja ada yang saya kenali. Jika angkot mulai berjalan, saya melihat ke luar lagi. 

Lalu, tengah perjalanan saya dikagetkan oleh anak perempuan di depan saya yang tiba-tiba berkata, "Ih, ayah tol*l deh. Ngapain nge-isi-in pulsa."

Duarrrr... Saya kaget banget. Sangat kaget dengan kata-kata yang dia tujukan untuk ayahnya. Terlebih lagi _saya melotot saking syok-nya, ada sang mama duduk di sebelah anak perempuan itu. Entah, tipikal bagaimana sang mama itu, dengan santai dia cuma bertanya, "Emang kenapa?"

Masih saya ikuti percakapan mereka, sang anak perempuan kembali menjawab dengan kata-kata yang nggak lebih menyenangkan: "Ngapain coba nge-isi-in pulsa, orang masa aktifnya habis geh. Dasar Ayah o2n." Dan sang mama diam kalem tanpa reaksi kayak nggak ada apa-apa.
 Tuhan... dimana yang salah dari mereka berdua?

Saya asli kaget. Itu si anak perempuan ngatain ayahnya? Itu sang mama denger anak perempuannya ngatain ayahnya? Dan, mereka biasa aja? Saya yang kaget sekaget-kagetnya ini yang salah atau mereka yang nggak tahu mana yang bener?

Kalau udah di-isi-in pulsa aja ayahnya masih dikatain Te-eL-eL, apalagi kalau ayahnya kabur dan menelantarkan dia ya? Bisa-bisa kebun binatang keluar semua dari mulut si anak perempuan. Ohws..

Kalau anaknya ngomong jelek tentang ayahnya di depannya aja, sang mama tetap nggak bergeming, gimana kalau ketika dewasa sang anak perempuan memilih nitipin ayahnya yang sudah tua di rumah jompo ketimbang repot ngurusin ya? Oh my...

Oh Tuhan, saya bersyukur dulu sering dimarahi tiap kali ketahuan mengucapkan kata-kata buruk dengan maksud mengata-ngatai. Bahkan saya pernah dipukul mulutnya oleh nyokap saya sekali, karena mengatai kakak saya stupid. Dan, setelahnya saya nggak pernah lagi. Mengatai kakak saya stupid saja saya dimarahi (even ditampar) apalagi mengatai orang tua saya. Yang ada, (mungkin) mulut saya bakal disilet kali. (Ah, ini cuma bayangan saya. Tapi saya yakin orang tua saya nggak mungkin sekejam itu. Tapi jujur saya nggak berani.)

Entah ya. Sejujurnya saya masih sering kurang ajar ke orang tua saya. Like (sometime) ignoring what they told me. Atau nggak, (sometime) ngasi muka jutek kalau jengkel dimarahin. Dan, apa saya nggak pernah ngomong jelek? Dulu, saya pernah sih ngatain temen-temen saya. Atau nggak, kalau saya jengkel dengan orang, saya (kadang) menyumpah-nyerapahinya dengan kata-kata semisal br*ngs*k atau b*d*h. Tapi, seenggaknya terhadap orang yang lebih tua terutama orang tua saya, saya (masih) nggak berani ngatain mereka begitu. Kayaknya itu kurang ajar tingkat atas. Saya (masih) takut masuk neraka kalau durhaka sama orang tua.

Tapi, mengata-ngatai orang tua itu termasuk kurang ajar kan ya? Kalau saya kenal anak perempuan itu, pasti dia saya marahi. Seenggaknya saya ingatkan kalau apa yang dia katakan itu nggak pantas. Nggak boleh. Dosa! Dan, saya kecewa dengan sikap sang mama. Saya berharap kelak saya bisa jadi ibu sejati. Yang bisa mengajari anak saya untuk berbuat baik pada orang tuanya.


Face Your Fear

 EDISI (SEMESTINYA BISA) SABAR

Dan cobaan hidup itu akan terus berulang sampai kita naik ke tingkat selanjutnya. Di tingkat selanjutnya, kita nggak tau cobaan apa yang sedang menunggu. Dan sungguh, cobaan itu semoga sebagai bentuk kasih sayang Allah pada kita. Bukan siksa dunia karena Dia murka.

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang sabar." (QS.2 : 155)

"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." (QS. 2: 214)

"Dan kamu akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan." (QS.3 : 186)

"... (Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu)." (QS. 7 : 126)

Nggak ada kerugian yang akan kita dapatkan dari sikap bersabar. Meski kelihatannya kita kalah dalam beberapa hal dengan memilih sabar, tetapi sungguh, orang yang memilih sabar lebih dekat dengan ketenangan dan kebaikan. Oh, God.. sebenarnya saya tahu itu. Maka, bantu saya agar bisa bersikap sabar Ya Robb... Lebih dan lebih. Terus dan terus.

Pull Yourself Together


Beberapa kali saya mendengar atau membaca kalimat itu. Awalnya, saya bingung maksudnya apa ya. Tapi sekali, dua kali, tiga kali. Mengikuti bagaimana kalimat itu diucapkan, melihat situasi saat kalimat itu diucapkan, akhirnya saya menebak-nebak apa maksudnya. 

Seorang perempuan terkejut mendengar berita tentang kematian anaknya. Padahal, anak semata wayangnya itulah satu-satunya tumpuan hidupnya. Karena sejak melahirkannya, dia sudah merelakan rahimnya diangkat. Itu artinya, dia sudah tak bisa melahirkan anak yang lain. Ia benar-benar linglung. Seperti tak ada lagi harapan untuk hidup. Bahkan, suami perempuan itu sering mendapati perempuan itu menangis dan melamun seolah-olah ia dan orang-orang tak pernah ada di sekitar perempuan itu. Sang suami prihatin melihat keadaan istrinya. Dengan sedih dan hampir putus asa melihat kondisi perempuan itu ia berkata, "Please, pull yourself together. Please, I beg you honey."

Well, itu satu adegan yang sedikit menggambarkan bagaimana keadaan kalimat 'pull yourself together' perlu diucapkan. Pull yourself together adalah semacam phrasal verb yang emang udah kesatuan. Kalimat itu diucapkan pada seseorang yang nggak lagi sadar dengan keadaan dirinya, saking larut sama kesedihan atau hal yang nggak bisa dia tanggung. 
And then, buat lebih ngeyakinin diri saya cek di kamus oxford. Di kata pull, ternyata ada penjelasan dengan kaliamat 'pull yourself together' yang merupakan prasal verb dengan kode 'phr v'. Dan pull yourself together means to take control of your feelings and behave in a calm way (mengontrol perasaan dan bersikap tenang).

Jadi kalo ada yang sering kalap, kita bilangin aja "please pull yourself together". Dan kalo dia nggak tau artinya, kita jelasin deh :)















I (SHOULD) LOVE INDONESIA (MORE)


Barusan sejam yang lalu, zulfa dan sofiya masuk ke kamar saya. Setelah sejam sebelumnya mereka habis ngerecokin Dimas dan Vini di rumah mereka (di belakang kamar saya). Malam ini mereka bebas ngeluyur kesana kesini nggak belajar karena besok Zulfa libur selama sepekan. Ada ujian anak kelas 6 katanya. Si Sofiya sih masih PAUD, jadi kerjaannya cuma ngikutin kakaknya aja.

Di kamar saya, mereka mulai nanya ini itu. Mulai dari gambar jalan setapak yang saya gambar di dinding kamar memakai kapur bagus. 'Iya sayang, itu karena kemarin kamar amah (red: tante) penuh semut.' Jawab saya sejujur-jujurnya.

'Harus ya mah bagus gitu gambarnya?' Kalo nggak ngeliat si penanya adalah sofiya yang notabene berumur 5 tahun, kesannya pertanyaan itu nyinyir banget ya?! Ahaha

Dengan santai saya jawabin, 'Iya dong, pasti kita maunya yang bagus-bagus.'
However gambarnya gak bagus2 amat :)

Dan pertanyaan nggak berhenti sampai disitu. Mereka mulai melirik mading sederhana yang tergantung di atas gambar jalan setapak tadi. Di mading itu, tertera beberapa kosakata B.Arab yang saya tulis untuk saya hapalkan. Lalu, kami main tebak kata dalam B.Arab. Fine, bikin mereka pinter juga lah...

Udah bosen dengan itu, mereka beralih ke peta dunia yang saya pajang di dinding arah barat. Mereka nanya ini itu ke saya. Well then, saya nerangin ini itu ke mereka. Yang mudah2 saja. Mulai dari gambar mata angin: T untuk Timur, B untuk Barat, U untuk Utara, dan S untuk Selatan. Lalu ke pengetahuan tentang lokasi seperti kitaa tinggal di negara bernama Indonesia. Indonesia punya pulau-pulau besar namanya Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian. Dan kita (kami bertiga) tinggal di pulau Sumatera. Pulau paling barat di Indonesia. Di Pulau sumatera kami  berada di propinsi Lampung, yang letaknya paling ujung (bawah) sumatera.

Lalu, mata sofiya tertumbuk ke Australia dan mulai nunjuk2 trus nanya2 Australia itu apa. Then saya menerangkan peta dunia secara keseluruhan, tetep yang mudah2 aja buat mereka berdua: tentang benua Asia benua terbesar di dunia, ada afrika, ada Eropa, ada Australia, dan terakhir Amerika. Dan Indonesia ini terletak di benua Asia.
peta dunia di kamar saya :)

Dan, setelahnya saya baru sadar setelah mereview peta dunia ke Zulfa dan Sofiya. Betapa unik Indonesia di peta dunia. Hal ini ketika Zulfa menunjuk ke RRC, lalu saya bandingkan dengan Indonesia. Lalu, saya melihat peta dunia secara keseluruhan. Betapa uniknya Indonesia. Seenggaknya begitulah yang tampak di peta. Ketika hampir keseluruhan negara-negara yang ada berbentuk daratan yang menyambung-nyambung, sementara Indonesia berbentuk pulau2 besar yang terpisah2. Pun ketika saya bandingkan dengan negara2 Pasifik Barat Daya (di peta biasa disebut Oceania), Indonesia tetap tampak keren tak terkalahkan. Secara, di peta negara2 PBD (oceania) justru tampak seperti (hanya) titik2 gaje.

titik2 gaje oceania :)

Dari review (dadakan) malam ini yang (oleh) karena kunjungan Zulfa dan Sofiya, saya semakin menyadari bahwa I (should) love Indonesia (more).

How About Being A Splendid Angel?


Just now, saya baca sebuah twit tentang#GAFinale di-TL saya. Telusur punya telusur, saya tertarik dengan pertanyaannya. Actually, saya bukan orang yang gila kuis. Saya cuma ikut kalau saya merasa tertarik. Dan saya tertarik dengan pertanyaan di #GAFinale itu. Di tambah lagi, syarat dan ketentuannya nggak begitu rumit: Cukup tinggal di Indonesia (1), Follow akun penyelenggara #GAFinale @lucktygs dan akun penerbit @fantasiousID and share it (2), follow blog luckty.wordpress.com [meski saya nggak punya blog di wordpress, sy tetap bisa follow dengan menggunakan email saya] (3), dan terakhir jawab pertanyaan (4) :

Kalau kamu jadi malaikat yang terbuang dan turun ke bumi, apa yang akan kamu lakukan?

 Oh, actually saya sangat bersemangat dalam menjawabnya. Sampe-sampe, saya udah ngetik 3 kali di kolom komentar berpanjang-panjang. Dan selalu gagal, hilang ketikannya dan harus mengulang. Nggak tau juga salahnya dimana sampe begitu. Dan, terakhir, dengan redaksi yang nggak selengkap tiga ketikan sebelumnya, akhirnya submited juga. Haha. But it's ok. Saya senang aja dengan pertanyaan itu.

Dari pertanyaan itu saya menjawab begini:

 Awalnya saya pasti akan mencari cara agar saya bisa kembali ke syurga, tempat asal saya semula. Tapi saya yakin pada akhirnya saya hanya akan menikmati hidup di dunia. Bersama manusia. Layaknya manusia. Bersenang-senang. Jatuh cinta. Melakukan kesalahan. Menyadari telah berbuat salah. Meminta maaf. Lalu hidup lebih lama bersama orang-orang yang saya sayang dan menyayangi saya. [Pada bagian ini, seolah-olah seperti pengalaman saya nyata. Tapi, begitulah perasaan saya. Haha] Dan satu hal yang bisa saya lakukan untuk melindungi manusia serta tanpa mengingkari jati diri sebagai malaikat, saya akan menjadi ksatria yang melindungi manusia dari kejahatan iblis di dunia.

Oh well, I feel like I'm a splendid angel or something. Haha. Di akhir komentar, kita juga perlu menuliskan nama, akun twitter, dan lokasi kita. Haha, guess what, perhaps being unconscious bisa-bisanya saya nulis gini di akhir komentar: Well then, this angel's name is HAPSARI DW. Hiding her true identity in twitter account @hapsdw. And now her location is on Bandar Lampung.

Fortunately about three times error tadi, saya lantas nggak jadi nulis dengan redaksi seperti itu. Pada akhirnya saya memperkenalkan diri dengan cara biasa saja. Haha
 Oh well, about winning the prize, saya nggak terlalu menggebu. Menang alhamdulillah, nggak juga gak apa-apa. Saya adalah orang dengan prinsip, "yang penting saya enjoy ngelakuinnya." Dan ikut ngejawab pertanyaan tadi, I enjoy so much :)