Tampilkan postingan dengan label giveaway. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label giveaway. Tampilkan semua postingan

How About Being A Splendid Angel?


Just now, saya baca sebuah twit tentang#GAFinale di-TL saya. Telusur punya telusur, saya tertarik dengan pertanyaannya. Actually, saya bukan orang yang gila kuis. Saya cuma ikut kalau saya merasa tertarik. Dan saya tertarik dengan pertanyaan di #GAFinale itu. Di tambah lagi, syarat dan ketentuannya nggak begitu rumit: Cukup tinggal di Indonesia (1), Follow akun penyelenggara #GAFinale @lucktygs dan akun penerbit @fantasiousID and share it (2), follow blog luckty.wordpress.com [meski saya nggak punya blog di wordpress, sy tetap bisa follow dengan menggunakan email saya] (3), dan terakhir jawab pertanyaan (4) :

Kalau kamu jadi malaikat yang terbuang dan turun ke bumi, apa yang akan kamu lakukan?

 Oh, actually saya sangat bersemangat dalam menjawabnya. Sampe-sampe, saya udah ngetik 3 kali di kolom komentar berpanjang-panjang. Dan selalu gagal, hilang ketikannya dan harus mengulang. Nggak tau juga salahnya dimana sampe begitu. Dan, terakhir, dengan redaksi yang nggak selengkap tiga ketikan sebelumnya, akhirnya submited juga. Haha. But it's ok. Saya senang aja dengan pertanyaan itu.

Dari pertanyaan itu saya menjawab begini:

 Awalnya saya pasti akan mencari cara agar saya bisa kembali ke syurga, tempat asal saya semula. Tapi saya yakin pada akhirnya saya hanya akan menikmati hidup di dunia. Bersama manusia. Layaknya manusia. Bersenang-senang. Jatuh cinta. Melakukan kesalahan. Menyadari telah berbuat salah. Meminta maaf. Lalu hidup lebih lama bersama orang-orang yang saya sayang dan menyayangi saya. [Pada bagian ini, seolah-olah seperti pengalaman saya nyata. Tapi, begitulah perasaan saya. Haha] Dan satu hal yang bisa saya lakukan untuk melindungi manusia serta tanpa mengingkari jati diri sebagai malaikat, saya akan menjadi ksatria yang melindungi manusia dari kejahatan iblis di dunia.

Oh well, I feel like I'm a splendid angel or something. Haha. Di akhir komentar, kita juga perlu menuliskan nama, akun twitter, dan lokasi kita. Haha, guess what, perhaps being unconscious bisa-bisanya saya nulis gini di akhir komentar: Well then, this angel's name is HAPSARI DW. Hiding her true identity in twitter account @hapsdw. And now her location is on Bandar Lampung.

Fortunately about three times error tadi, saya lantas nggak jadi nulis dengan redaksi seperti itu. Pada akhirnya saya memperkenalkan diri dengan cara biasa saja. Haha
 Oh well, about winning the prize, saya nggak terlalu menggebu. Menang alhamdulillah, nggak juga gak apa-apa. Saya adalah orang dengan prinsip, "yang penting saya enjoy ngelakuinnya." Dan ikut ngejawab pertanyaan tadi, I enjoy so much :)



Because Islam Itself


Saat itu usia saya 8 tahun. Dengan modal kertas jilid warna biru muda yang saya potong 3x6 cm, saya membuat kartu nama sendiri yang saya bagikan ke teman-teman SD saya. Isinya hanya nama, tempelan gambar Donal Bebek (saat itu saya suka sekali dengan tokoh kartun ini) dan sebaris kalimat yang menunjukkan motto hidup saya. Silly, hanya bermodalkan semangat untuk berkreasi dengan memanfaatkan bahan yang ada _saat itu Papi saya membawa pulang banyak sekali kertas jilid warna biru muda yang katanya cuma jadi sampah di kantornya_ dan keinginan untuk memberi sesuatu pada teman-teman kelas yang dengannya mereka bisa mengingat saya, terpikirlah ide membuat kartu nama.

Saat itu malam hari, sekitar pukul 8 malam selepas Isya. Keluarga saya sedang berkumpul di ruang tengah. Kedua kakak saya sedang berkutat dengan buku PR mereka, diiawasi Ibu saya. Papi saya sedang keluar kota. Saya, yang sudah selesai mengerjakan PR mengambil kertas jilid biru muda, kartu gambar Donal Bebek (sewaktu kecil saya menyebutnya kartu wayang), gunting, lem, dan spidol warna warni.

"Masa isinya cuma (tulisan) nama ade aja? Nggak mau ditambahin apa gitu?" Ibu yang sudah duduk disamping saya melihat ke kertas jilid yang sudah saya gunting dan tempeli gambar Donal.

"Bagusnya diisi (tulisan) apa lagi ya, Bu?" I really have no idea.

"Motto hidup aja, de." Mas Santo, kakak laki-laki saya menyambar. Dari gerakannya memasukkan buku-buku ke dalam tas, dipastikan dia telah selesai mengerjakan PR.

"Motto hidup itu apa sih, Bu?" Saya, yang saat itu masih 8 tahun, bertanya dengan polos. Sambil menerawang sebuah bubuk berwarna putih yang ada di dapur Ibu saya (orang Jawa menyebut vetsin/micin/penyedap rasa dengan sebutan moto).

"Motto hidup itu slogan atau semboyan yang ade pake buat ngejalani hidup. Cita-cita hidup ade." Ibu menjelaskan.

"Slogan atau semboyan itu apa, Bu?" Masih, saya bertanya dengan polos.

"Em, kalimat atau kata-kata, de." Sepertinya Ibu sedang menyederhanakan sesederhana mungkin.

"Ooh... Kalo motto hidup Ibu apa?" Saya bersemangat memikirkan apa kalimat yang akan saya tulis di kartu nama saya.

"Hidup dan mati hanya untuk Islam." Ibu mantap sekali saat berkata itu.

"Kalo Mas Santo motto hidupnya apa?" Saya bertanya pada kakak saya yang sudah bergabung duduk disamping Ibu.

"Maju terus pantang mundur. Hahahaha" Sambil guyon, dia jawab juga pertanyaan saya.

"Oh, kalo gitu ade tulis maju terus pantang mundur aja ya?" Saya siap-siap menulis di bawah nama saya.

"Ntar nabrak loh kalo maju terus nggak belok kiri. Ahahahaha" Tiba-tiba Mbak Citra, kakak perempuan saya ikut nyeletuk.

Saya cemberut. Tangan saya yang semula sudah siap menulis terangkat kembali. Saya berpikir.

"Yang bagus apa ya, Bu?" Saya menatap Ibu saya. "Pinjem motto hidup Ibu dulu aja ya? Sampe ade tau apa motto hidup ade. Hehe." Saya nyengir kuda.

"Kalo gitu, pake B. Inggris aja de biar keren." Mas Santo memberi saran yang saya sambut dengan senyuman.

HAPSARI  DIAN  WAHYUNINGRUM
~ Islam is My Life and My Die ~

Maka jadilah tulisan seperti itu yang tertera dalam 8 kartu nama yang berhasil saya buat malam itu.

Esoknya, saya menemukan dua kalimat di stiker sebuah mobil yang saya lihat sepulang sekolah. Islam is My Way. Dan I Live Just for Islam. Karena bagus, jadilah saya cantumkan kalimat itu dalam 12 kartu nama saya berikutnya (6 kartu dengan tulisan Islam is My way dan 6 kartu dengan tulisan I Live Just for Islam). Lalu, ke 20 kartu nama saya itu saya bagikan ke teman-teman kelas saya.

* * *

17 tahun yang lalu, saat saya menulis (lebih tepatnya meminjam dari orang lain) semua itu, saya belum benar-benar mengerti tentang makna Islam is My Way, I Live Just for Islam, apalagi Islam is My Life and My Die. Saya belum benar-benar mengerti. Tapi dari awal saya sadari bahwa apa yang saya tulis harus saya realisasikan. Bahwa saya adalah seorang muslim. Bahwa saya akan menjaga identitas kemusliman saya itu sampai akhir hayat saya. Bahwa saya, akan hidup sebagai seorang muslim. Dan saya bercita-cita mati dalam keadaan tetap menjadi muslim. Itu yang saya pahami. Dengan pemahaman anak umur 8 tahun tepatnya.

Lalu, seiring berjalannya waktu, saya lulus SD, Ibu saya mengarahkan saya lanjut ke sekolah Islam (MTs dan MA). Sedikit banyak, saya mulai mengakrabi Islam melalui pelajaran B. Arab, Qur'an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Beruntung, saya selalu masuk ke kelas dengan lingkungan teman-teman yang baik-baik. Bersama teman-teman, saya menjalani hidup dengan Islam sebagai acuan. Hang out ayok aja, asal pake jilbab menutup aurat. Berteman sah-sah aja, asal sama cowok nggak pegang-pegangan dan nggak pergi berduaan. Nyobain restoran baru oke aja, asal jelas kehalalannya. Kompak itu kudu, tapi kalo ujian nggak saling ngasi contekan. Ketika salah satu mulai kelewat nakal, selalu ada yang mengingatkan tentang bagaimana Islam mengatur kita untuk menjalani hidup dengan baik. Secara perlahan saya mulai mengerti, kenapa saya harus mempertahankan ketiga motto itu sebagai motto hidup saya. Islam is My Way, I Live Just for Islam, and Islam is My Life and My Die.

Ketika lulus MA dan harus berpisah sesuai dengan pilihan masing-masing, kami saling mengingatkan untuk tetap ber-Islam dengan baik. 'Keep Istiqomah', itu yang senantiasa kami ucapkan untuk satu kepada yang lainnya. Pun ketika saya dinyatakan diterima di sebuah Universitas (umum, bukan universitas Islam), saya ber-azzam untuk menjaga semangat ber-Islam saya agar terus menyala. Saya katakan pada diri, 'Haps, di kampus nanti, jangan cuma fokus kuliah. Kamu harus berbuat sesuatu untuk Islam. Pikirkan caranya!' _Honestly, saya sedikit takut dengan keberagaman yang sudah lama tidak saya akrabi. 6 tahun sekolah, saya hanya menemukan Islam sebagai satu-satunya komunitas dalam berinteraksi. Jadi, saya takut jika saya tak menjaganya, maka saya tak lagi akrab dengan Islam. Dan, saya takut kalau cita-cita saya untuk menjaga Islam sebagai hidup dan mati saya akan aus seiring keberagaman pemahaman dan interaksi yang saya hadapi. Semua itu karena saya sadar, di dalam diri ini penuh dengan aura negatif. Maka saya butuh lingkungan yang penuh aura positif untuk menjaga saya agar tetap balance

Dan Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah... Seorang senior saya yang beragama Nasrani menjadi salah satu perantara saya menemukan komunitas Islam di masjid kampus yang hingga hari ini masih keep in touch menjaga saya untuk tetap semangat ber-Islam. Meski hari ini saya sudah bermil-mil jauhnya dari kampus, tapi ukhuwah dan ilmu tentang Islam yang pernah saya dapatkan di masjid kampus memberi saya pemahaman yang nyata dan dalam tentang makna: Islam is My Way, I Live Just for Islam, and Islam is My Life and My Die

So, what makes me fall for Islam? Because Islam itself...

Doakan saya mati dalam keadaan husnul khotimah ya :)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdTV1RQffUNn39NP9_tBiC4-8icvGx-rmXltg6A_Bda_h4-AUYDCnLHajNdr9vXZUodmDj9pDBWqJ43FdwPvIV3pXEkaUF9kMuyYM_RWWQnp_sYcRUJk3tP5ViGLV54eg0_MPghkDCBmeE/s1600/i+love+islam2.jpg

MAYA-MAIA (Si-Apa Seh)


Kurang lebih, udah sekitar dua tahunan ini saya mengenal blog heartchime milik seorang cewek seksi nan ayu seperti bidadari yang giginya putih berseri. Saya mengenalnya sebagai Annesya. Karena demi kesopanan semata, awal saya nyampah di kolom komentar, saya manggil dia mbak Nesya. Padahal, setelahnya saya tahu, dia lebih muda setahun dari saya. Tapi, apa seh arti tua atau muda, saya tetep aja manggil dia mbak Nesya. Kebiasaan seh yaaa... ahahahaha

Well, saya sangat terkesan dengan tulisannya yang sering melarutkan perasaanku dalam secangkir kopi yang saya minum tiap malam saat saya membaca blog heartchime. Makanya, sebelum kopi yang saya minum habis, saya langsung mem-follow blog heartchime itu. Sebelum perasaan saya yang terlarut itu benar2 lenyap menyatu dengan asam lambungku. Huu huu #ParagrafNggakMutu

Semenjak itu, saya jadi sering stalking-stalking mbak Nesya lewat tulisan2nya. Dan, langsung aja saya suka. Cara dia menulis tuh unik lucu minta dicumbu. Biasanya ada bagian yang seolah saya banget, berasa mewakili perasaan saya saat itu. Terlebih, dia anak HI juga. Jadi, ngerasa semakin dekat saja (padahal mah cuma perasaan dari saya aja -__-")

Well, meski mungkin perasaan ini bertepuk sebelah tangan, tapi saya girang bukan kepalang waktu dia ngabarin kalo anak keduanya udah lahiran. Yep, seperti yang saya paparkan, cara menulis mbak Nesya nih keren kece tiada tara. Dia udah sukses menerbitkan dua novel yang saya belum pernah baca sampe sekarang. Sejujurnya, saya pernah nyari2 di gramedia, penasaran dengan karyanya. Tapi, saya nggak nemu. Yah, tapi saya tetep aja seh jadi secret admire-nya mbak Nesya.

What now, mbak Nesya mau bagi-bagi anak keduanya. Judulnya: Maya Maia. Omaigooooooo.... Saya, excited banget2 dong. Secara, mbak Nesya tuh cara nulisnya keren kece tiada tara. Cara dia memaparkan kesedihannya aja bisa bikin saya terpingkal2 saking lucunya. Apatah lagi ketika dia berbicara tentang cinta. Saya langsung aja hanyut trus terbang ke kahyangan sana. Tapi, satu hal yang saya paling suka dari tulisan2 mbak Nesya: Illusion never changed into something real. Jadi, cewek baik hati disiksa diem aja trus-terusan pula, itu hanya ilusi belaka. Jadi, semua itu nggak mungkin ada di tulisannya mbak Nesya. Ditambah lagi, saat ini saya sedang cekak berat dan nggak punya bahan buat lucu-lucuan juga. Yah.....

Nah, karena semua alasan yang intinya adalah karena mbak Nesya itu sendiri lah, saya jadi pengen ngedapetin buku Maya-Maia plus tanda tangan dan tanda bibir juga tanda hatinya. Tanda kekayaannya sekaligus juga saya lebih suka. Ehehehehe

Mbak Nesya, berikan saya anakmuuuuu... sebagai tanda bahwa perasaanku tak bertepuk sebelah tangan. #halah

NB: Saking maunya saya, saya sampe nge-capture foto anak keduanya mbak Nesya dari blog mbak Nesya itu sendiri. Hii hii