Dia Tetanggaku


Ada yang mengelitik saya ketika sosok itu muncul dan cari perhatian. Fotonya bahkan dikirimkan ke rumah saya. Dia sedang tersenyum lebar sekali. Terlihat gigi2 putihnya. Tapi gak tau juga sih ya, kl dia pake fasilitas photoshop dan semacamnya.

Dia, seorang anggota DPRD Lampung yang hendak mencalonkan diri sebagai gubernur Lampung. Apa urusannya dengan saya? Saya orang yang mengkampanyekan untuk tidak memilihnya. Alasannya apa?? Well, dia tetangga saya. Saya akan memaparkan alasan untuk tidak memilihnya:

Sebagai salah satu warga di kelurahan saya, he careless too much dengan keadaan lingkungannya. Rumahnya sangat mewah. Mungkin, luasnya 3x rumah saya (tp sy gak pernah ngukur jg sih). Dan ada beberapa orang penjaga. Tapi anehnya, jalanan di depan dan samping rumahnya rusak parah dan gak pernah ada perbaikan. Jalanannya berlubang2 parah, yang selalu tergenang kala hujan.

Sangat aneh karena jalanan itu tepat di depan dan samping pintu pagar si bapak DPRD yg mencalonkan diri sbg gubernur itu. Dan, jalanan itu sudah rusak jauh lama, sebelum dia terpilih sebagai anggota DPRD. Well, Don't wanna fall at the same mistake dengan memilih org itu as gubernur Lampung. Big No.

Sekarang pikir deh. Untuk lingkungan depan rumahnya yang sangat dekat dengan matanya, itu saja he can't repair. Bagaimana mungkin dia mampu handle seluruh propinsi Lampung?!

Kami sekeluarga pernah nge-joke kalo pas kami melewati jalan berlubang di samping rumah bapak itu. Here's our joke:

Me: Mungkin bapak ini pergi subuh2 banget pulangnya tengah malem kali ya, mom. Jadi dia gak pernah lihat kondisi jalan di depan rumahnya ini.

Sista': Mobilnya bapak ini like a lemosin kali. Sangat nyaman di dalem sampe2 dia gak kerasa jalanan yg dilalui mobilnya itu berlubang parah.

Aunty: Bapak itu nginep di kantor terus dan gak pernah pulang. Jadi gak tau klo jalanan depan rumahnya perlu diperbaiki.

Heihooo... Jangan pilih calon gubernur Lampung yang adalah tetangga saya itu. Siapa orangnya? Tanya langsung ke saya.

I'll Fly


Tomorrow I'll face a heavy race. Jakarta as a place, in a while I have no reason to blow the chance. So, i keep to pray Allah will safe me in balance.

I'll fly. I'll fly, and there's no need to ask me why. Here I have a reason in the name of shy. I told you to go and not to cry. Because tomorrow there's too many things we should try.

Just Another Scene...

Just another rainy evening of my life...

Saya terjebak di warnet beberapa blok dari rumah. Sebenarnya saya gak  perlu terjebak seperti ini. Jika hanya sekedar ingin internetan, saya cukup men-sabotase Galaxy W milik aunty atau Ace II milik my sista'. Tapi demi nge-print surat merah seharga satu juta yang sudah sebulan ini mengendap di email saya, maka yah... saya sekarang harus "rela" terjebak di warnet sempit yang aromanya khas lelaki. Bau rokok penuh dan sangat lekat di seluruh ruangan ini.

Saya terjebak disini, dengan monitor berwarna hitam gelap yang tak bisa menampilkan apa-apa karena listrik mati. Sementara di luar sana, hujan sangat deras disertai angin yang gak kalah kencang.

Well, great! I am terribly worse like a horse.

Another Part


"PERHATIIN DONG, NIKI. SAYA UDAH BERAPA KALI NGEJELASIN?! MASA SALAH TERUS?!"

"Haps, cooling down... Coo-ling dow-wn..." Aunty mencoba menenangkan saya yang sedari tadi teriak-teriak tak terkendali.

"She's just already pulled my patience, aunt."

"And you must be forgot that she's just a seven years old girl, haps."

Saya menatap gadis cilik yang sedang menulis di hadapan saya. Tidak menangis, hanya sedikit ketakutan.

Hhah.. Saya menghela nafas. "Bukan begitu, Niki..." Saya menurukan intonasi suara saya. Mengambil pensil, dan menjelaskan sekali lagi dengan nada awal sebelum saya marah2 seperti tadi. Lalu saya melanjutkan, "... Coba perhatikan saya. Ini caranya begini. Lingkarannya kecil aja. Trus, keatas dulu, baru bikin lengkung huruf C. Garis ini gak boleh disambung. Ayo, Niki buat lagi."

Seolah bersikap kooperatif, bocah di depan saya tadi segera melaksanakan instruksi saya. Alhamdulillahnya, kali ini dia sudah gak salah lagi. Dia berhasil membuat huruf C dalam format halus kasar (tegak bersambung or whatsoever the name).

Bocah itu menutup buku dan memasukkannya kedalam tas setelah menuliskan beberapa kalimat yang saya berikan di bukunya. Saya lalu merebahkan badan di lantai. Sambil meremas kepala, sedikit menjambak rambut saya. Entahlah, sudah dua hari ini perasaan saya gak enak. Mood saya sedang berada pada titik paling bawah...

Sore, rain outside my window pouring down...

Pongah


Itu karena hidupmu terlalu mudah. Berada di gang sempit malammalam hal yg lumrah. Jalan berdua kemanamana dgn sembarang cowok bagimu tak masalah. Jadi kau tak bisa merasa nikmatnya perkawinan yang sah. Buatmu kalo sudah bosan ya sudah pisah. Terhadap dunia kau terlalu serakah. Ini itu kau lakoni seakan  gak kenal lelah. Dan lalu kau jalani hidup dengan terserah. Ditanya hukum kau bilang entah. Diingatkan tentang akhirat kau malah gerah. Adanya adzab gak membuatmu resah. Maka apa yang bisa kukatakan selain na'udzubillah?!

. . . . .

Apakah kita sedang bernostalgia?!

Apakah kita sedang merajut kembali asa yang pernah ada?!

Tahun ke tahun yang tetap (masih) diam.

Kata-kata diantara kita terbungkus teredam.

Lalu celotehan tiba-tiba datang, seperti tak (pernah) ada yang berubah.

Padahal hati kita sama-sama (tak) tahu, masa lalu sudah tertinggal jauh.

Yang kita lakukan (pagi ini) tadi mungkin hanya basa-basi.

Lalu esok kita (seperti) tak kenal lagi.

Losing You


Kau pikir mudah saja bagi saya untuk mengucap kata pisah?! Kau kira bagaimana perasaan saya melihat wajahmu yang mencibir saat saya bilang saya harus pergi?! Saya hanya sok kuat. Bukan benar-benar kuat. Kau tahu, saya mengharapmu melepas saya dengan tangisan indah. Bukan justru senyum palsu.

Saya pikir, kita akan tetap menyatu meski tak lagi bertemu. Saya kira, ikatan kita begitu kuat tak terbatasi ruang dan waktu. Kau terlalu baik untuk terbuang begitu saja. Saya tahu, semua mungkin gak berjalan seperti yang saya kira. Dan kau pun telah benar-benar pergi...

Teman terbaikku, saya tak lagi bisa menemukanmu... Dimana kamu? Bagaimana kabarmu? Saya ingin tahu...

Kisah Kasih di Sekolah


Saya membuka kembali buku hitam saya yang sudah sangat usang. Berisi celotehan sahabat-sahabat saya tentang perjalanan persahabatan kami selama 3 tahun SMA. Dan, as you please call me tukang pamer atau apa, inilah gambaran mereka tentang saya pada masa itu (saya 6 tahun lalu)...

Nurul Khasanah wrote:
Hapsari yang cerewet, pinter, baik (kadang-kadang...!), Hapsari yang selalu nanya 5+7 berapa, siapa nama loe?, gue lahir tanggal 31 februari, eh gue piket ya? dsb... Dan yang nggak boleh ketinggalan, kudu musti wajib fardhu dan haram mugholadhoh kalo ketinggalan "Hapsari si Tukang Makan". Everybody knows that you are the hunter of meals! and so do I. Gw paham banget loe yang sehari kadang makan nasi sampe dua kali. Itupun di sekolah, belon di rumah. Tapi gpp... dah jadi ciri khas Hapsari, the hunter of meals. He... 100x.

Anez Khalisha wrote:
Tiga tahun bersama, banyak hal-hal lain yang terlihat darinya. Seperti apanya dia? Positif negatifnya? Ah, semuanya telah mencerminkan ciri khasnya; "cerewetnya", menang sendirinya, suaranya (yang sering ngeba'i kuping), dan apalagi kalo bukan juteknya. Aku sebutkan semua ini bukan karena benci dia, nggak bermaksud menjelekin dia. Aku hanya ingin berusaha menggambarkan keunikannya. Yang memaksaku untuk tak bisa mengatakan "benci". Bagaimanapun itulah ciri khasnya. Kalo gak gitu bukan Hapsari namanya.

Rizki Nurdiana wrote:
Pertama melihatmu aku jatuh hati (jangan GR!) dengan keberanianmu saat dicalonkan menjadi ketua OSIS. Mendengar tentangmu... Aku jadi gimana gitu soalnya orang2 bilang kamu tuh galax. Ketiga, keempat setelah mengenalmu aku tersepona dengan (keindahan mimpimu mencapai masa depan). Kelima dst aku bangga padamu dirimu pandai, cerdas, dan yang utama... Semangatmu kurasa tidak ada yang menandingi diantara sahabat2ku.

Ria Fitriani wrote:
Kamu nyebutin nama kamu dengan lantang "Hapsari" yang katanya artinya bidadari. AQ jadi sebel banget ma kamu! "Sombong banget sih ni anak", padahal kamu tu g' secantik & se-cekci bidadari yg ada dalam khayalan-Q. Tapi disisi lain aQ melihat sesuatu dari dirimu yg g' aQ temukan di diri temen2 yg lain. Kecerdasanmu, keberanianmu, ke-PD-anmu, n' msh banyak lagi. Terkadang kamu menjadi temen yg paling nyebelin & mau menang sendiri. Tapi t'kadang, kamu juga menjadi temen yg slalu ngasih petunjuk2 yg b'manfaat.

Zahrotul Mukarramah wrote:
Q tu kadang iri lho haps ma kamu, soale kamu tu gampang banget bergaul sama orang, tapi aq ga' bisa deh semudah itu. Sama yang dah kenal aja kadang susah mo ngomong apa pa lagi sama yg belum kenal. Jadi kadang orang ngira aQ tuh pilih2 kanca padahal ga' gitchu!

Nur Ahmadi wrote:
MenurutQ kamu tu temenQ yang banyak memberikan pelajaran pdQ walaupun tdk secara langsung, dari kepandaianmu, keberanianmu, pengalamanmu, nasehatmu, dan lain-lain. Kt2mu yang sering kumaknai adalah:
1. Sekarang gini, kalo dipikir-pikir kan... ( membuatku pengen sepertimu yang berpengetahuan, kaya' Hj. N. Warisman)
2. Cah criggiz (membuatQ tersungging)
3. Ih kamu kox bodho tho (sebagai tantangan bagiQ u/ menjadi kaya' kamu "smart")
Dll. Poko'e akeh banget, ntar kalo disebutin semua nambah GR mu lagi...

Edy Chusna wrote:
Pendek kata, "Dia adalah Dia." Bagiku: dia adalah seorang anak yang briliant, berani, tapi lumayan nyebelin. x-(
Dia adalah orang pertama (the first person) yang mengungkapkan uneg-unegnya kepadaku, dia yg memberikan kritikan2 atas kekuranganku. Tetapi dia juga orang yg memberikan support, dukungan, motivasi (sama saja) ketika aku jatuh. Dia yg bertanya "What's wrong with you?", "Life is hard", "Aku muak" dan masih banyak lagi yg menjadi pelajaran berharga bagiku.

Muhammad Nur Salim wrote:
Aq baru nyadar Haps kalo sebenarnya dibalik sifat pemberontak U terselip semangat rasa ingin tahu yang gede buanget. Rasanya aq pengen belajar serius n kalo bisa ngelebihi kepintaran U. he.. he.. Boleh kan haps.

Muhammad Agus Fauzi wrote:
Yang pasti kamu cerdik mencari solusi dari permasalahan di sekitarmu. Klimaksnya... Aku ceritakan masalah yang kumiliki saat kita study wisata ke Bali. Tentu kamu masih ingat masalahku yang kuceritakan padamu saat itu, dan solusi yang kamu berikan kepadaku solusi yang cemerlang, sesuai syari'at, dan beresiko tinggi..

Ninik Mas'udah wrote:
Haps, sempet gelar buruk kugantungkan dikepalamu. Kamu yg tidak putus asa ngutarain argumen2mu meski kadang kamu nggak sadar kalo argumenmu salah. Meski juga kamu nggak sadar suaramu bikin telingaku pecah. Yaitu NGE-YE-LAN & NYE-BE-LIN. Dan kamu yang juga sering marah2 serta tidak mau kalah alias MENANG SENDIRI. Dan semua itu tanpa kurencana & kurekayasa menginjak2 kepalaku sehingga aku pusing dan jengkel dg sifatmu. Sekali lagi maaf, maaf, maaf, maaf, maaf ya haps?!

Ulfa Yuniar wrote:
O iya, haps. Kita baru saja melancarkan aksi perang dingin yach? tapi Alhamdulillah sekarang udah peace, ya kan? Sumpah dech, kamu musuhi membuat dunia ini serasa jadi sempit & seolah-olah kulihat mata temen2 kita juga ikut menyalahkanku. Tapi sekali lagi aku bersyukur perang dingin kita udah selesai dan aku bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu, yaitu untuk Always Be Carefully.

Lucu ngebaca tulisan mereka lagi.They're my best school friends eva'... Miss you all, guys :-*

Me, Myself, Mine


Sepertinya saya bukan orang yang idealis. Cuma belum mengenal dunia saja. Tapi sepertinya, saya cukup puas dengan dunia sempit yang ada di kepala saya. Sudah, ini saja. No need to scream.. No need to take a candle light. Saya mungkin sering resah. Tapi gak ingin pindah.

I pleased myself to enjoy my comfort world. Even i just hanged it up on my head, without any effort to make it real. I loved it living on my mind and whole my soul. So I caught any single word hitting me so hard. And pretending that's all as the trash then leaving it inside.

So what if my style is far from Britney?! So what, if my shoes is always flat?! So what if my head isn't enough for complicated stuff?!

Saya, diri saya, dan saya sendiri. Maybe i'm just an egocentric person... But, so what?!

Monolog

Terlalu banyak percikan-percikan di kepala saya. Semakin lama, semakin sakit rasanya memikirkannya. Kenapa begini? kenapa begitu? Terlalu banyak tanya berkecamuk dan seakan-akan, kalau saya tak bisa menjawabnya, saya harus terus mencarinya sampai saya menemukannya. Sangat memuakkan rasanya. Seperti sesak? Seperti terpaksa? Tapi siapa yang sebenarnya memaksa? Seperti meradang? Seperti Kalut? Entahlah, mungkin saya terlalu bodoh dalam mendefinisikan apa yang sebenarnya sedang saya rasa.
"Makanya, jangan terlalu idealis, haps. Biar gak pusing."
"Maaf, tapi saya punya koridor yang gak bisa dilanggar. That's the line.. Of mine."
"Kalo gitu, buka mata lebih lebar, haps. Dunia gak sesempit kotak kepalamu."
"Sepertinya, saya memilih menciptakan dunia sesuai isi kepala saya."
"Well, let see then.." *skeptis*
Dan saya mulai bermonolog tak ada habisnya...

My Favorites #2

Kartun favorit:

1. Donald Duck (jaman TK sampai SMP)

2. Cardcaptor Sakura (jaman SD-SMP)

3. Inuyasha (jaman SMP-SMA)

4. Samurai X (jaman SMA)

5. Fruit Basket (jaman kuliah)

5. Avatar: The Legend of Aang (sekarang)

Being Normal

Saya gak percaya ada orang yang bisa selalu memasang wajah senyumnya. Saya pikir, mungkin ia begitu akut kejiwaannya. Hebat banget, bisa senyum setiap saat. Buat saya kemungkinannya cuma dua: dia psycho atau dia bukan manusia.
Entahlah. Tapi, emang bisa gitu serapi itu nyimpen masalah dan pretending everything's fine all the time?! Ih... Ngeri banget. Jiwa kamu sakit banget #eh sakti banget... Sebaiknya saya gak pernah kenal orang begitu. Saya jadi takut sendiri. Khawatir kalo saya dapati ketika pertahanan dia  jebol dan saya dibunuhnya. Ih, jangan sampe, ya Allah... Amit-amit...
InsyaAllah saya gak dipertemukan atau didekatkan dengan mereka yang (seperti) bukan manusia itu. InsyaAllah saya gak berinteraksi sebegitu intens dengan para psycho (seems like) itu. Ya Allah, biar saya berada dalam kumpulan manusia saja di bumi ini ya Allah..
Jika Engkau hendak mengumpulkan saya dengan malaikat-Mu yang nampak, jadikan itu kelak di syurga-Mu. Karena saya mungkin gak siap mendapati para malaikat di bumi ini, ya Rabb.
Jika Engkau hendak menguji saya dengan makhluk-Mu yang jiwanya akut, mohon perlindungan-Mu ya Rabb. Berikan benteng perlindungan untuk saya.
Saya berharap saya normal.

Kaya atau Miskin?!

Segala hal yang kita lakuin di dunia ini adalah pilihan kita. Telepas dari takdir yang Allah tetapkan atas diri kita yang selalu jadi rahasia, semua hal yang kita lakuin, adalah sebuah pilihan yang kita ambil. Pun demikian dengan sikap foya-foya...

Hedon itu, adalah sebuah pilihan. Hidup sederhana juga. Bukan, bukan karena tertakdir seseorang bisa hidup hedon. I mean, itu sebuah pilihan secara sadar. Mungkin aja seseorang itu kaya raya, tapi ia memilih gaya hidup yang biasa aja. Kalo ingin belanja ia belanja. Kalo saat gak butuh apa-apa, ya biarin aja uangnya ngendap di dompet.

Yang paling parah, orang yang sebenarnya miskin papa tapi mau kelihatan tetep gaya. Tiap hang out sama temen, makan harus di cafe atau tempat makan berbau luar negeri. Jadinya, pusing sendiri kalo pas kebutuhan harus dicukupi sementara duit udah gak ada.

Jadi miskin atau kaya, itu sebuah pilihan. Ada seorang kenalan saya, di rekeningnya ada puluhan juta. Tapi sayang, mentalnya miskin bingit. Senengnya sama barang gratisan, pemberian orang. Padahal, dia sangat mampu beli sendiri, atau bahkan membelikan orang lain. Even, pernah ada kejadian yang sangat "gak kaya" banget. Uang sejuta jatah dia ke-pending sebulan aja, paniknya gak ketulungan. Gak rela sampe jadi bahan pembicaraan terus-terusan. Sampe ngakak saya ngeliatnya. Miris..

Ada juga temen saya yang lainnya, sebulan pemasukannya gak nyampe sejuta. Tabungan pun dia gak punya. Padahal, dia harus ngurus semua kebutuhan hidupnya sendiri. Hidupnya serba ngepas, bahkan sering kekurangan. Bisa dibilang, dia miskin yah?! Tapi, gak pernah ada yang tau kalo kondisi dia kek gitu (kecuali Tuhan dan saya). Setiap orang yang kenal dia, selalu bilang kalo dia banyak duitnya. Setiap orang, melihat dia sebagai orang kaya...

Well, kaya atau miskin gak selamanya ternilai dari seberapa banyak duit yang kita pegang. Pilihan untuk hidup kaya dengan kondisi miskin tapi gak foya-foya mungkin lebih baik dari memiliki banyak harta, tapi sangat khawatir dengan kekurangan dan segala tetek bengek yang mendekatkan pada kemiskinan.

Yah, bagaimana kita menjalani hidup ini, semua itu adalah pilihan...

Silaturahim (A Version)

My family, is a real big family. Nyokap sepuluh bersaudara. Bokap lima bersaudara. Kakek saya, seolah memiliki keluarga dan kerabat se-seantero jawa tengah. Sedang nenek saya, seakan memiliki hubungan kekeluargaan dengan seluruh jawa timur. (ehehehe, sepertinya saya lebay bingit dalam hal ini. Huehuehuehuehue)

Tapi sebuah kenyataan kalo kakek memiliki keluarga yang tersebar di Jawa Tengah. Dan nenek saya asli darah jawa timur. Dan, para orang tua itu membawa keluarga mereka masing-masing menyebar kemana-mana. Ke seluruh daerah di Indonesia. Dan, satu prinsip yang senantiasa diturunkan kepada kami para anak cucu, darah lebih kental dari air. Sebuah kenyataan yang gak mungkin bisa disangkal. So, bagaimanapun, keluarga adalah harta pertama yang harus dijaga.

Dari prinsip itulah maka, meski jarak bermil-mil pun, biaya berjuta-juta pun, semua akan ditempuh, gak akan menghalangi dari kebiasaan rutin kunjungan silaturahim keluarga. Karena, jarak, biaya, semua itu gak lebih berharga dari bertemu wajah dengan orang-orang tua kita. Menjabat tangan erat keluarga-keluarga kita. Makan bersama, bercerita ini itu, dan saling mendoakan kebaikan bersama.

Nyokap, concern bener dengan konsep silaturahim ini. Beliau terus menjaga agar kebiasaan ini tetap dan terus dijalankan. Beliau biasa mengajak kami, sekeluarga untuk rutin berpergian ke tempat saudara-saudara. Ke Purwodadi, Salatiga, Pare, Kediri, Pringsewu, Makassar, Ambarawa, Banjarmasin, Banyumas, Mranggen, Demak, Kudus, Jakarta. Dan beberapa daerah yang saya belum sempat datangi. Kata nyokap: "Silaturahim itu gak akan membuat kita miskin, de. Bahkan, silaturahim itu memanjangkan umur, mempermudah rizki." Well, Rasulullah pun emang menjaminkan hal itu kan?! :-)

Yah, semoga saya bisa seperti nyokap saya. Menjalankan silaturahim tanpa mikir tentang segala kendala yang insyaAllah bisa teratasi.. Silaturahim itu, banyak manfaatnya. Yakin deh.

Silaturahim

Hari Rabu kemarin, tetiba seisi rumah memutuskan sebuah rencana untuk mengunjungi salah satu kerabat nyokap di luar kota. Menyambung silaturahim. Jadi, kami memanfaatkan weekend dan memilih jum'at siang berkendara pribadi menuju pringsewu. Sebuah desa yang sangat tepat untuk menghilangkan penat bagi orang-orang yang terlalu lama hidup di tengah hiruk pikuk kota.

Well yah, disana kami benar-benar keluar dari suasana kota. Tempatnya sejuk banget dengan pepohonan rimbun di sekeliling rumah. And then, no internet signal eva' (it's a miracle!). Dan juga, kami menemukan tungku sebagai satu-satunya alat untuk memasak disana... (it's amazing).. Dan, kami berkunjung sana-sini. Memanen kacang (tanah), makan kedondong sampai puas, dan begitu banyak hal menyenangkan lainnya.

And the story (pictures) begin(s)...

Uri Appa

He has being old and old. Bokap saya. Rasanya sangat kasihan melihat wajahnya yang kelelahan bekerja. Tiap kali pulang ke rumah malam-malam, saya gak pernah benar-benar berani menatap wajahnya. Hampir-hampir, saya lebih sering menghindar darinya dengan masuk kamar.

Bokap saya, jenis lelaki workaholic. Jadi meski usianya sudah termasuk usia pensiun, ia tetap memilih gak diam di rumah. Sepertinya, hatinya sangat terpaut dengan ibu kota. Jadi, ia tetap menekuni pekerjaannya si jakarta sana. Konsekuensinya, ia (masih) harus melewati perjalanan Lampung-jakarta tiap pekan.

Ketika saya masih kecil, saya sangat gembira kala ia pulang dari jakarta. Karena ia selalu membawa coklat, boneka, atau roti yang sangat besar. Dan saya selalu minta ditemani jalan-jalan esoknya. Karena ia akan membelikan saya apapun yg saya minta.

Tapi, di usia saya yg sekarang, saya menyadari bahwa ia sudah semakin tua. Dan gurat-gurat kelelahan itu mau tak mau nampak di wajahnya. Dan hati saya selalu teriris tiap melihat wajahnya. Saya jadi semakin gak romantis jika berhadapan dengannya.

Ya Rabb, saya menginginkan kebaikan untuk lelaki satu ini. Lelaki yang saya dan kedua kakak saya panggil Papi. Semoga Engkau menyayanginya, sebagaimana ia menyayangi kami, anak-anaknya. Ya Rabb, di usianya yg semakin menua, berikan kebahagiaan yang melimpah di hatinya. Agar kami senantiasa bisa melihat senyum menghias wajahnya.

Robbighfirlii wa liwalidayya warhamhuma kama robbayani shoghiro

Gangguan

Sudah berapa kali saya merasa, here's something wrong with me. Semacam ketidaksesuaian antara order otak dengan aksi tubuh. Agaknya saya sedikit menyesal telah membenci biologi sejak pertama, yang pada akhirnya saya tak pernah bisa mendeteksi dimana jaringan saraf saya yang (mungkin) rusak.

Semisal, my brain says not to angry. Tapi yang terjadi malah saya meledak hebat. Atau, my brain says, "You must go to bed right now, haps." Tapi yang terjadi saya melek semalam suntuk. Dan masih banyak ketidaksesuaian lainnya.

Saya pernah berpikir, mungkin saja saya menderita gangguan saraf. Tapi kemudian saya menyimpulkannya sendiri, saya mungkin agak sedikit bodoh dan gak sampai taraf gila. Well yah, saya gak ingin membebani keluarga saya dengan menjadi manusia gila. Na'udzubillah...

I'm not so crazy. I'm just a little unwell. Semoga bangun tidur nanti, pikiran saya sudah sembuh kembali. Order dari otak akan diteruskan oleh syaraf menuju indra. Dan saya kembali normal. Aamiin

Cukhahamnida Uri Cin-gu

Hari ini satu lagi teman dekatku akan menemukan hidupnya yang baru. Dia dilamar oleh seseorang yang alhamdulillah "klik" di hatinya. Seorang laki-laki yang mudah-mudahan sholih, mapan, dan begitu setia.

Seperti janji kami dulu. Ternyata memang temanku ini yang menikah duluan. Saat itu kami bertiga, dgn teman dekatku yg lain, pernah "berkompromi dgn takdir" siapa yg akan duluan menikah. Dan temanku satu ini, mengatakan, dia-lah yang "harus" menikah pertama diantara kami. Ngotot sekali. Ahahaha, lucu mengingat hal itu hari ini.

Well, akhirnya takdir mengabulkan kompromi kami saat itu. Yah, semoga mereka berdua bisa hidup rukun dan bahagia sampai ajal menjemput kelak. Well, tanggal sudah ditetapkan. Semoga semua lancar dan diridhoi Allah.

Cukhahamnida uri cin-gu... Hope me find "my who" soon, to know how's you feel just right now. Ehehehe...

#eh, saya lupa siapa yang berada di urutan kedua pada kompromi kami saat itu. Saya kah, atau teman dekatku yg lain?! Well, let see :-)

Power of Love


2 hari kemarin saya collapse. Mungkin karena saya yang emang gak bisa kayak “emak-emak” yang pinter banget jaga kesehatan meski jadwal padet merayap. Selama seminggu saya menyiapkan sebuah acara, selama seminggu itu pula saya gak bisa menjaga makan saya dengan teratur. Ada hari saya gak makan “berat” seharian. Saya cuma makan pempek dan tekwan. 

Dan lagi, ditengah padatnya aktivitas saya di luaran, saya kembali insomnia. Jadi, saya terjaga selama 2x24 jam. Bahkan, karena acara yang masih berentetan, saya gak bisa memejamkan mata meski cuma 5 menitan. Well, saya mendzolimi tubuh saya sendiri. Tapi, saya pikir mungkin itu sesuatu yang dirindukannya. Buktinya, gak ada perasaan bersalah yang tertinggal disini.

Tapi, Alhamdulillah Allah masih memberi saya begitu banyak kebahagiaan. Begitu banyak kemudahan. Buktinya, saya cuma perlu sedikit sibuk selama seminggu. Gak lebih. Senin sore, kemarin, semua selesai. Saya kecapekan. Tertidur selama tujuh jam di waktu yang terlarang, dan gak ada yang memarahi. Beruntung nyokap sama aunty masih di Jawa. Bokap sama kakak ipar sibuk kerja. Mbak saya, cuek aja. Dia terlalu memanjakan adik satu-satunya ini. Love you, my sista’

Tapi, emang I really thank my sista’ so much deh. Dia “ridho” saya keluar dari pagi sampai hampir maghrib selama seminggu kemarin. She takes care of me fully selama nyokap sama aunty liburan ke Jawa. Dan dia gak annoying, gak pake nanya-nanya kenapa saya pergi pagi sampe malam? Selama seminggu penuh! Dia juga gak annoying waktu saya minta dijemput karena saya agak kemalaman dan saya sangat capek. Dia juga gak ngeluh saat saya keluar tanpa membereskan bagian pekerjaan rumah yang harusnya saya selesaikan. Bahkan, dia langsung ngambil hape menekan M-Banking waktu saya minta dia secepatnya transfer uang 700rb ke rekening seorang teman. Dan percaya banget kalo saya gak mungkin nakal. Dia begitu ke saya, selama puluhan tahun usia kami. She takes care of me fully all my life we’ve been together. She must love me all that much :)

Jadi, bagaimana mungkin saya gak love her back? Mungkin I’ll love her all my life

Terima kasih oh Allah. Saya cuma perlu collapse 2 hari saja. Besok saya sudah siap kembali beraktivitas, insyaAllah Semangat \y/