Sudah beberapa hari kita gak saling bicara. Bukan karena kita sedang "bermusuhan" atau apa. Tapi kita mungkin sedang memberi ruang untuk mendapat sedikit "me time" kita. Sebenarnya, saya agak menyesal ketika harus mengirim sms pedas malam itu. Hanya saja, i cant pretend that i'm alright. Kita bukan 'orang lain' yang harus berpura-pura. 'Kita' bisa ada, karena kita selalu apa adanya. Tak perlu berpura-pura seperti ketika di hadapan orang lain. Dan yah, saya hanya ingin jujur padamu. Itu saja...
Kamu gak bisa terus memaksa orang lain bertindak seperti yang kamu pikirkan. Seperti yang kamu inginkan. Terlepas dari sebuah nilai dan idealisme yang kamu punya, orang lain berhak untuk menentukan jalannya sendiri. Kalau kamu terus memaksa, pada akhirnya kamu sendiri yang akan capek, haps.
Well, kata-kata itu pernah terlontar darimu. Sangat menusuk. Tapi, disitulah kehebatanmu. Kau terlalu tahu tentang sifat burukku. Tentang sifat terlalu mendominasi-ku. Karena setiap cerita, selalu kita bagi bersama.
Saya selalu menghubungimu jika saya ingin bercerita. Tentang apa saja. Dan kau dengan sabar selalu "harus" siap mendengarkan. Seperti malam itu...
Malam itu saya bercerita, tentang kasus perselingkuhan yang saya sangat tak suka. Tentang puisi yang saya buat kemarin malamnya. Tentang seorang penulis yang sangat bagus merangkai kata2. Tentang ayam-ayam saya. Tentang sebuah "tawaran" yang saya terima. Lalu, saya mulai merajuk saat kau merespon dengan sangat datar. Sampai kalimat yang keluar dari mulutmu adalah,
"sebenarnya, apa sih yang mau kamu ceritakan ke saya, haps?!"
Oh Tuhan.. saya sangat kaget mendengarnya. Saya terdiam. Over speachless sementara otak saya mencerna kata-katamu. Dan setelahnya saya gak meneruskan ocehan saya.
Tapi entahlah. Terakhir kau minta maaf atas sikapmu padaku. Kau juga katakan, ada hal yang tak bisa kau sampaikan. Kau sedang menyimpan sebuah masalah yang sangat rumit. Dan kau gak sanggup membaginya padaku. Mungkin itu satu bentuk rasa sayangmu, sehingga kau gak ingin membebaniku. Tapi saya malah terus nyerocos bercerita ini itu yang gak penting padamu. Saya benar-benar gak peka.
Maaf, kalau saya terlampau egois. Maaf kalau saya sangat gak peka. Dan maaf, kalau saya selalu punya nilai serta idealisme dalam setiap lini kehidupan saya.
Jadi, mungkin inilah waktu untuk kita berpikir masing-masing. Untuk kembali mendekat, atau menjauh sejauh mungkin.. Seperti kisah-kisah lainnya.
Tapi, saya selalu yakin dengan janji mimbar cahaya. Maka, setiap untaian doa pada satu untuk yang lainnya, itu akan semakin mendekatkan hati kita. Meski pada kenyataannya, jarak kita mungkin sudah sejauh Green Land dan Antartika.
mau komen ke postingan sebelumnya sih. lagi galau ya :D
BalasHapus:) semoga terus bahagia ya haps
BalasHapuswow...
BalasHapusso human...
episode marahan-minta maaf-baikan-marahan lagi-minta maaf lagi-baikan lagi-lagi lagi marahan-lagi lagi minta maaf-lagi lagi baikan-dst...
-siklus cinta