Let’s Get Real Life




Thinking many times, thousand times, finally I decide to deactivated my facebook account. Bahkan, hari ini saya telah memutuskan untuk benar-benar menghapusnya saja. Dengan meminta bantuan seorang teman nun jauh di Makassar sana, saya melepaskan diri dari tuntutan alam bawah sadar untuk terus mengembangkan sifat-sifat buruk saya. I’m typically an extrovert person, yang sangat senang membagi kabar bahagia. Tapi, saya lalu sadar bahwa membagi kebahagiaan di jejaring sosial yang bisa dikomen sembarang orang ternyata, kadang bisa merusak kebahagiaan itu sendiri. Setidaknya, komen-komen buruk, yang entahlah meski mungkin hanya niat bercanda atau semacamnya, bisa mengikis kadar kebahagiaan yang semula saya rasakan. Akhirnya, saya malah ill-feel sendiri. Maka saya ingin mengakhirinya saja. Lagipula, gak semua orang akan bahagia hanya dengan mendengar kabar oranglain bahagia. Jadi, sebaiknya gak semua orang perlu tau kalau saya bahagia. Intinya saya bahagia, dan saya ingin tetap bahagia. Itu saja.

Selain itu, ada alasan lain yang mendasari keputusan saya untuk menghapus akun facebook saya. Saya gak ingin terus-terusan sakit mental. Saya sepenuhnya sadar kalo saya punya banyak sifat buruk dalam diri. Yang mana, aura negatif saya begitu menguat ketika saya bergumul dengan facebook. Stalking, Stalked, Hacking, Hacked, sepertinya semua itu menjadi hal yang biasa dan bukan dosa. Cemoohan dan hinaan yang keluar satu persatu dari mulut saya secara sadar atau tidak, ketika saya dapati ketidak-idealan dari teman-teman lama. Yang mana, facebook-lah yang berperan memberi semua info pada saya. Saya jadi aneh sendiri dengan realita yang saya jalani. 

Kalau idealnya aib seseorang ditutup-tutupi, dewasa ini orang-orang seakan bangga memamerkan aibnya sendiri melalui jejaring sosial. Jiwa narsistik tumbuh subur dengan berbagai fasilitas uploading dan tagging. Dan gila-nya, saya seolah telah menjadi satu bagian yang dengan sengaja melakukan hal yang sama. Saya benar-benar telah sakit mental.

Sadar dengan keadaan pribadi, saya memilih menyembuhkan diri sendiri. Saya gak ingin terus-terusan sakit mental. Saya masih ingin mempertahankan idealisme saya. Ditengah sifat buruk saya yang begitu banyak, saya tetap ingin menjadi manusia baik-baik secara adab dan adat. Saya hanya gak ingin memfasilitasi sifat-sifat buruk saya. Saya hanya gak ingin keluar jauh dari koridor yang sudah saya tetapkan untuk diri saya sendiri.

But well, meski saya sudah tak berkiprah di FB, saya tetap mempertahankan akun twitter dan blog saya. Get real life tak berarti menutup mata dari perkembangan teknologi dan informasi, kan?! Buat saya, twitter adalah media untuk memperoleh informasi dari akun-akun yang saya follow. Selebihnya, twit saya hanya berisi sapaan sana-sini dengan teman-teman atau sampah serapah saya saja. Twitter is so simple. Kalau kamu suka follow, gak suka ya udah unfollow aja. Kalo di unblock, take it easy.. gak ada ruginya buat saya. 

Stalking dan hacked gak berarti di twitter. Gak cukup berarti buat bikin saya sakit mental.  Karena twitter menyediakan fasilitas tweeting hanya 140 karakter. Dan fasilitas uploading yang hanya max 700KB. Fasilitas ini mengajarkan, bicaralah seperlunya. Padat, singkat, efektif. Upload-lah media yang ringan, yang memang diperlukan. Hanya orang-orang cerdas yang bisa main twitter. Ehehehe. Well, kalo ada yang stalked saya di twitter, saya gak terganggu sama sekali. Mention sampah cukup saya abaikan. Mudah, hidup tetap indah. Intinya, buat saya akun twitter is just for having fun

Tentang blog, ini hanya penyaluran dari sifat extrovert saya aja. Sekaligus mengasah kemampuan berpikir otak saya. Meski tulisan saya tak pernah berbobot sama sekali, setidaknya otak saya bekerja untuk bercerita :)


Special thanks to Rysmah Zainal Arifin yang mau bantu saya mengatasi repotnya menghapus akun FB saya. And Now, I just want to get my real life :))

Bdl, 08 Desember 2012

6 komentar:

  1. masih bisa balik lagi kok setelah dihapus...sy sdh hapus fb saya berkali-kali...lalu kembali lagi berkali-kali....

    :D

    pada akhirnya saya sadar, FB hanyalah fakta hidup yang harus dihadapi...:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga pernah begitu. mencoba pergi, tapi ternyata kembali lagi. tapi, kali ini azzam saya saya kuatkan lagi. untuk benar2 tdk pernah kembali :)

      Hapus
    2. hehehe..jangan kembali lagi ya..

      Hapus
    3. InsyaAllah, ma. Diingatkan ya :-)

      Hapus
    4. ha,ha.... Emang kagak bisa kehapus sama seklai ya?? sy udah coba berkali2 tetep aja masih aktif ki....

      Hapus
    5. Saya juga males sama repotnya urusan hapus mengapus itu. Makanya saya minta bantuan temenku. She told me klo buat ngehapus itu prosedurnya harus mhapus semua postingan, trus kirim email, dsb, dsb. Well, saya serahkan sama ahlinya aja :-)

      Hapus

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)