Perceraian


Selebritis bercerai, sepertinya hal yang biasa. Lumrah-lumrah aja. Semacam, cerai sudah bagian dari gaya hidup mereka. Lantas, apa mereka yang bukan selebritis kehidupan pernikahannya baik-baik aja? Haha, seperti semacam virus yang menular dengan massive. Perceraian dewasa ini bahkan dialami pasutri (pasangan suami istri) di area terisolir sekalipun. Rasanya, bukan aib, bukan dosa, bukan hal yang luar biasa. Inilah...

Tapi, apa memang cerai itu dosa? Apa memang cerai itu dilarang agama? Lantas, kenapa saya jadi sebegitu sewotnya?

Cerai, emang bukan sesuatu yang diharamkan. Tapi, Allah membencinya. Begitu yang dulu pernah saya pelajari dari buku fiqih sekolah. Jadi, yang ada di kepala saya yang dangkal ini, cerai tidak seharusnya menjadi hal yang dimudah-mudahkan. Cerai tidak seharusnya menjadi hal yang wajar. Cerai tidak seharusnya menjadi gaya hidup seorang muslim. Karena, Allah benci. Dan, apakah seorang hamba akan melakukan hal yang membuat Rabbnya benci?

Pagi ini tadi, temen nyokap dateng ke rumah. Hari ini beliau akan sidang cerai di pengadilan agama. Rangkaian sidang yang entah, sudah yang keberapa kalinya. Terlepas dari kehidupan rumah tangganya yang kacau, temen nyokap ini saya kenal sebagai perempuan yang sangat cantik, suka membantu orang lain, sangat menyenangkan, suka berkorban demi kepentingan orang lain, serta memiliki kepribadian down to earth meski secara penampilan dan kemampuan, kita bisa memastikan kalau she's high, up to sky.

Temen nyokap ini, dulu pernah membatalkan gugatan cerainya, karena nyokap memprovokasi beliau agar mempertahankan rumah tangga. Memperbaiki semua, dan memulai kembali bahtera rumah tangga. 3 tahun mereka bertahan, sampai akhirnya sekitar sebulan lalu semua pecah dan temen nyokap nggak sanggup lagi. Nyokap yang awalnya menahan, pun kini membebaskan. Nyokap, saya rasa, menempatkan diri sebagai teman yang baik. Nyokap tetap menasehatkan, menimbang dari dua sisi pertimbangan. Tapi tetap membantu beliau kesana kesitu terkait perceraiannya.

Saya tipikal orang yang nggak pernah ingin mencampuri urusan para tetua. Saya lebih suka berpura-pura nggak tahu. Lebih suka diam saja pasang senyum menganggap semua di luar jangkauanku. Lebih mudah rasanya buatku.

Pun, pagi ini tadi ketika saya dimintai tolong mengetikkan beberapa kalimat terkait surat sanggahan yang intinya, temen nyokap keukeuh ingin bercerai. Saya pasang muka biasa aja. Lagi, saya menahan lisan untuk nggak berkomentar apa-apa. Itu urusan para orang tua. Saya, anak kecil, berpura-pura nggak tahu aja. Lebih mudah buat semua, terutama saya.

Sejatinya, saya tahu kalau cerai itu bukan dosa. Meski Allah murka, tapi Ia tak mengharamkannya. Karena Allah Maha Tahu keadaan hamba-hambaNya. Cerai, adalah sebuah solusi paling mentok ketika sebuah ibadah bernama pernikahan nggak bisa lagi dipertahankan. Dan, cerai itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Cerai yang tak terhitung dosa, memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi. Seorang istri yang nggak taat pada suami. Seorang suami yang nggak bisa memenuhi kebutuhan istri. Terjadi pelanggaran syarat/perjanjian pra nikah. Atau diantara suami atau istri yang keluar dari agama. Dan, nggak pernah saya dengar, alasan yang memperbolehkan perceraian "karena sudah nggak cinta lagi" atau "karena sudah nggak ada kecocokan lagi". Benar-benar alasan yang nggak syar'i.

Lalu, bagaimana jikalau pasangan berselingkuh? Daripada berselingkuh, mending cerai saja. Pernah saya mendapati pernyataan yang seperti itu terlontar kepada saya. Yah, itulah manusia. Meski saya menentang perceraian tanpa sebab yang syar'i, tapi saya bukan orang yang lantas melegalkan perselingkuhan. Saya paling benci dengan  kata selingkuh. Rasanya, jika nama itu disebut, naluri saya tetiba ingin membunuh (nyamuk :D).

Asal tahu saja, dalam hukum Islam, pasutri yang berselingkuh (berzina) hukumannya adalah rajam! Rajam berarti dilempari batu sampai mati. Kejam? Coba pakai akal sehat sebelum mengatakan kalau rajam itu kejam. Seorang lelaki atau perempuan yang telah menikah, berarti ia telah memiliki sarana menyalurkan nafsu syahwatnya secara halal. Yaitu pasangannya. Jadi, jika dia sudah punya pasangan yang halal untuk ia campuri, kenapa mesti ia mencari orang lain untuk menyalurkan syahwatnya secara haram? Padahal, yang halal ada. Bukankah pasutri yang berzina itu lebih kejam daripada rajam? Kalau pasangannya impoten atau nggak mampu memenuhi kebutuhan syahwatnya, artinya terpenuhi syarat untuk bercerai. Tapi kalau pasangannya sehat-sehat saja, nggak ada masalah dengan pemenuhan kebutuhan syahwat dsb, kenapa mesti berselingkuh? Kenapa mesti menginginkan perceraiaan? Bagaimana mungkin Allah nggak murka?

Entahlah, ini pemikiran saya secara dangkal. Kadang, kita juga nggak bisa nge-judge pasutri yang bercerai. Apakah memang perceraiannya benar-benar karena alasan yang syar'i atau hanya sekedar mengikuti nafsu karena kepincut "cinta yang baru" atau sekedar mengikuti tren kawin-cerai. Tapi sejatinya, saya mengambil beberapa pelajaran.

Saya pikir, untuk menghindari terjadinya perceraian,  kita membutuhkan landasan yang kokoh dalam membina hubungan pernikahan. Terlepas dari takdir yang Allah tentukan di masa depan, buat saya, sangat penting untuk menikah dengan orang yang memiliki pemikiran yang sama seperti saya: bahwa menikah adalah ibadah. Hal yang sakral. Harus dipertahankan. Menutup pintu bagi kata cerai. Maka, masih menurut saya, saya harus menikah dengan seorang ikhwan paling sholih. Yang di mulutnya, tertahan kata cerai. Ia nggak bisa mengucapkannya padaku. Karena ia takut kalau Allah murka ketika kata itu keluar dari mulutnya. Dan saya, sedari awal, meski belum menikah, sudah berazzam untuk mempertahankan hubungan pernikahan saya kelak. Semoga tertakdir yang terbaik!

1 komentar:

  1. "karena sudah nggak cinta lagi" atau "karena sudah nggak ada kecocokan lagi" <<< ini sebenarnya adalah kata halus dari "aku ga mau cerita, kamu orang luar, ga ada urusan"

    itu cara menutupi alasan sebenarnya dari perceraian yg mereka lakukan. soalnya biasanya banyak yg tanya kepo alasan cerainya apa. tapi mengungkit keburukan pasangan itu ga baik. jadi mereka pakai kalimat itu. begitulah...

    hish, mana proposalnya sini aku serahin andra. hahaha

    BalasHapus

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)