Berbagi. Saya sangat suka momen berbagi. Apapun yang bisa dibagi. Uang, pakaian, sembako, saya sangat suka dengan kegiatan baksos kampus. Selalu ada cinta yang menyertai aktivitas berbagi. Dan, saya juga suka berbagi tawa. Saya suka dengan cerita jenaka. Tawa mengundang bahagia. Saya selalu suka.
Saya juga suka berbagi cerita. Cerita mampu menghidupkan orang yang hampir mati. Cerita mampu menggugah semangat untuk menyala kembali. Dan, cerita mampu memberi kekuatan bagi seseorang untuk melewati masa-masa sulit. Dalam cerita, seseorang bisa mengambil pengalaman hidup orang lain sebagai pembelajaran bagi hidupnya. Saya suka berbagi cerita.
Tapi yang paling saya suka, saya suka berbagi ilmu. Ketika saya mendapatkan sebuah ilmu dan pengetahuan baru, saya selalu ingin membaginya kepada siapapun yang ada di dekat saya. Saya selalu ingin agar orang lain juga tahu. Ilmu ibarat cahaya yang menerangi jalan. Seseorang yang hidup tanpa ilmu, bagaikan berjalan di malam yang sangat gelap, tanpa ada lampu, bintang, dan bulan. Dan, seseorang nggak akan bisa berjalan tanpa ada penerangan. Jika ilmunya sebatas lilin, maka penglihatannya ya hanya mencakup jangkauan lingkaran cahaya lilin. Pun jika ilmunya laksana bulan purnama, maka penglihatannya akan luas dan mata bisa melihat kemana-mana. Saya suka berbagi ilmu. Kalau pencahayaan semakin banyak, semakin kita mampu jauh melihat.
Tapi, saya lebih suka berbagi ilmu secara nyata. Face to face. Karena saya mengharap ada feedback dari orang yang saya bagi. Apakah dia mengerti. Apakah justru perlu diulangi. Saya nggak terlalu pinter berbagi ilmu melalui tulisan. Jejaring sosial saya, isinya sampah serapah aja. Nggak ada ilmu disana. Saya nggak bisa. Nggak pernah bisa menjadikan jejaring sosial tempat berbagi ilmu. Buat saya, ilmu yang disampaikan melalui lisan bisa menjelma sebagai mantra yang masuk ke telinga dan meresap ke dalam hati manusia. Sementara tulisan bisa bersifat ambigu. Dan si pembaca, belum tentu akan bertanya kepada si penulis meluruskan kalau-kalau pemahamannya salah.
Dulu juga, tiap sekolah saya selalu lebih bisa ngedapetin "feel" dari sebuah mata pelajaran dengan mengambil ilmu dari guru, bukan buku. Saya selalu merasa cukup dengan bekal ilmu yang disampaikan guru saya, ketimbang sibuk menghapalkan seluruh isi buku. Lebih nyantol di kepala, lebih bermanfaat dan tahan lama, rasanya. Entahlah, mungkin ini tendensi pribadi saya aja :)
Yuk, yang mau berbagi hubungi saya. Saya suka banget bekerjasama menggelar baksos dan semacamnya, saya juga suka bercerita, bercanda tawa, dan berbagi ilmu yang insyaAllah berguna :)
aku suka berbagi... berbagi cinta... *eeaa
BalasHapuspupil itu bisa berubah bentuk. makanya di dunia kedokteran diperiksa pupilnya untuk mengetahui kinerja otak.
hapsari..terimakasih yah..kemari malam km udah nelpon dan membagi cerita ramadhanmu..
BalasHapusi like dah...