R. 1434H

Para Pemburu Lailatul Qadar

Waktu menunjukkan pukul 11 siang. Di rumah hanya tinggal saya dan aunty. Bokap sedang di Jakarta. Nyokap menjemput Zulfa di sekolahnya. Sista' berangkat rapat Himpaudi ngajak sofiya. Dan kakak ipar kerja. Melihat kesempatan itu, saya dengan cekatan memenuhi hajat perut dengan masak mie instan dan membuat secangkir teh.

Yah, beginilah. Karena memang semua orang di rumah ini puasa kecuali saya, maka saya nggak mengharap ada makanan terhidang di jam siang seperti ini. Makanan sisa sahur hanya tinggal ikan goreng. Sayur sudah ludes. Dan saya, berasa incomplete kalau makan nasi tanpa kuah. Alhasil, saya masak mie instan kesukaan: indomie rasa soto :9

Aunty yang melihat kelakuan saya cuma geleng-geleng kepala. Bukan bermaksud tidak sopan atau apa, tapi saya menganggap bahwa aunty sudah dewasa, jadi saya santai aja makan di depan dia. Hehe *please don't try this when you outside home :D
Sambil menikmati secangkir teh dengan suasana ala-ala jepang-korea, saya ngobrol santai sama aunty.

Aunty: "Haps, malam lailatul qadar itu kita ngapain aja sih?"
Saya: "Ya beribadah. Shalat, tadarusan, dzikir, banyak-banyak berdo'a..."
Aunty: "Jadi, malam lailatul qadar itu kita begadang ya?"
Saya: "Ya, idealnya..."
Aunty: "Jadi, begadang buat shalat, shalat apa aja sebanyak itu, haps?"
Saya: "Ya shalat sunnah apa aja. Tahajjud, taubat, istikhoroh, yaaa shalat di malam hari pokoknya lah. Shalat kok shalat apa aja sih aunt?!"
Aunty: "Hehe, banyak-banyakin berdoa bagus ya haps?"
Saya: "Iya, banyak-banyakin berdoa. Banyak-banyakin mohon ampun sama Allah."
Aunty: "Trus haps, emang buat ngedapetin lailatul qadar itu harus i'tikaf ya? I'tikaf itu ngapain aja sih?"
Saya: "Ehm, gimana ya aunt? Semua orang bisa ngedapetin malam lailatul qadar secara timing. Tapi nggak semua orang bisa ngedapetin ampunan dari Allah di malam lailatul qadar, aunt. Lailatul qadar kan lebih baik dari 1000 bulan, it means kalo kita beribadah di malam itu, kita tuh layaknya beribadah selama 84tahunan loh aunt. Nah, kalo i'tikaf di masjid itu kan dia menghabiskan seluruh waktunya buat beribadah. Shalat, dzikir, berdo'a, tadarusan, shalat lagi, dzikir-dzikir lagi, tadarusan terus, dan berdo'a terus. Bahkan, tidurnya mereka yang i'tikaf aja terhitung ibadah. Jadi, sudah jelas mereka akan terhitung beribadah selama malam lailatul qadar berlangsung, aunt. Kesempatan mereka untuk "terhitung" lebih besar dibanding kita-kita yang mencoba meraih keutamaan lailatul qadar di rumah. Karena kita masih berkutat dengan urusan-urusan dunia. Ya gitu lah aunt." *sambil angkat bahu dan garuk-garuk kepala. Teh di cangkir udah kosong aja.
Aunty: "Kalo gitu kita i'tikaf yuk... Di masjid al Amin ada loh i'tikaf buat ceweknya..."
Saya: "Bukannya pekan depan insyaAlah kita udah mudik ke Jawa ya aunt?I'tikaf kan di 10 malam terakhir....."
Aunty: "Eh, iya ya. Kita insyaAllah udah di Jawa pas 10 malam terakhir. Ehehehe."

Lalu percakapan pun berlanjut ke rencana seputar mudik ke Jawa. Planning ke Baron, Parang kusumo, Solo dan pasarklewernya, serta banyak rencana lainnya. Yah, beginilah case hasn't closed yet, but we've been being just already busy with another busy-ing "dunia" things.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)