Uri Appa

He has being old and old. Bokap saya. Rasanya sangat kasihan melihat wajahnya yang kelelahan bekerja. Tiap kali pulang ke rumah malam-malam, saya gak pernah benar-benar berani menatap wajahnya. Hampir-hampir, saya lebih sering menghindar darinya dengan masuk kamar.

Bokap saya, jenis lelaki workaholic. Jadi meski usianya sudah termasuk usia pensiun, ia tetap memilih gak diam di rumah. Sepertinya, hatinya sangat terpaut dengan ibu kota. Jadi, ia tetap menekuni pekerjaannya si jakarta sana. Konsekuensinya, ia (masih) harus melewati perjalanan Lampung-jakarta tiap pekan.

Ketika saya masih kecil, saya sangat gembira kala ia pulang dari jakarta. Karena ia selalu membawa coklat, boneka, atau roti yang sangat besar. Dan saya selalu minta ditemani jalan-jalan esoknya. Karena ia akan membelikan saya apapun yg saya minta.

Tapi, di usia saya yg sekarang, saya menyadari bahwa ia sudah semakin tua. Dan gurat-gurat kelelahan itu mau tak mau nampak di wajahnya. Dan hati saya selalu teriris tiap melihat wajahnya. Saya jadi semakin gak romantis jika berhadapan dengannya.

Ya Rabb, saya menginginkan kebaikan untuk lelaki satu ini. Lelaki yang saya dan kedua kakak saya panggil Papi. Semoga Engkau menyayanginya, sebagaimana ia menyayangi kami, anak-anaknya. Ya Rabb, di usianya yg semakin menua, berikan kebahagiaan yang melimpah di hatinya. Agar kami senantiasa bisa melihat senyum menghias wajahnya.

Robbighfirlii wa liwalidayya warhamhuma kama robbayani shoghiro

1 komentar:

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)