pengaruh ketakutan dan keragu-raguan diri Hapsari dalam pengambilan keputusan


Ini tanggal 25. Saya harusnya mengambil hasil dari test nggak masuk akal yang saya jalani senin tgl 15 lalu. Tapi saya enggan. Malas lihat hasilnya. Saya memang memohon sama Allah untuk diberi hasil sesuai yg saya inginkan. Tapi, menakar apa yg saya lakukan di tanggal 15 kemarin, kemungkinan besar hasilnya nggak seperti yg saya harapkan. Jadi sampai jam dua belas siang ini, saya masih dirumah. Malas-malasan....

Menjadi independen itu ternyata nggak menyenangkan. Jiwa pemberontak saya seolah tak menemukan lagi tempatnya untuk tampil di dunia. Saya seperti melihat sebuah pintu di tengah kegelapan. Saya bisa melihatnya, tapi nggak tahu arah untuk bisa sampai ke pintu itu. Pada akhirnya saya tersesat di tengah kegelapan.

Saya ini mungkin emang sedikit nggak normal. Tapi, bertahun-tahun sudah saya menjalani hidup dengan ketidaknormalan saya. Sehingga kalau saya diminta untuk mulai menjalani kehidupan yang normal, saya seperti kehilangan sebelah sayap saya. Timpang. Malah nggak bisa jalan...

Semalam, dan beberapa malam di waktu yang lalu, saya pernah coba-coba menganalisa "pengaruh ketakutan dan keragu-raguan diri dalam pengambilan keputusan bagi seorang Hapsari". Dengan analisa yang cukup dangkal, yang whether it's right or I think is most of wrong, saya mendapatkan beberapa pengaruh yang cukup signifikan. (berdasarkan beberapa fakta yang terjadi di masa lampau).

Sebenarnya, cukup sulit buat saya untuk mengetahui penyebab keragu-raguan itu muncul. Tetiba, setelah saya menggebu-gebu ingin sesuatu, tetiba saya meragu. Tetiba, setelah saya memutuskan untuk berhenti dulu, tetiba saya bersemangat untuk memulainya kembali. Semuanya serba tetiba. Absurd.

Tapi, satu hal yang saya coba mengerti. Saya nggak pernah bersungguh2 untuk satu hal dalam hidup untuk urusan dunia. Karena apa? Karena saya nggak ingin menyesal di masa mendatang. Awalnya saya pikir ini sebuah penyakit paranoid yg saya derita. Tapi ternyata bukan. Ia hanya sebuah bentuk penjagaan alamiah agar saya nggak melenceng dan menjadi sosok yang terjerembab ke dasar jurang bernama ketersesatan.

Begitu besar peranan hati dalam setiap keputusan yang saya ambil. Saya bukan orang yang melogikakan segala sesuatu. Saya berjalan berdasarkan instruksi hati, yang diterjemahkan oleh logika dalam bentuk alasan2 yang seringnya sangat tidak rasional. Olehnya, untuk sebuah keputusan yang akan saya ambil, saya selalu berkompromi dgn hati. Apakah ini benar? apakah ini salah? apakah itu baik untuk diteruskan ataukah itu perlu dikesampingkan dulu?

Jadi, manakala ketakutan dan keragu-raguan tetiba menergap, langkah saya akan sangat sulit untuk diteruskan. Meski beribu orang mendorong saya untuk terus berjalan, rasanya kaki ini nggak mampu digerakkan. Ketakutan dan keragu-raguan itu memenuhi hati yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam memutuskan sebuah perkara. Terlepas darimana asalnya keraguan dan segala ketakutan itu muncul, tapi sebuah hal yang pasti saya yakini, "jika keragu-raguan itu menyergap, mintalah kekuatan pada Allah. Jika hal itu baik, minta Ia menghilangkan keragu-raguan itu dan memperkuat keyakinanmu. Karena bisa jadi keragu-raguan itu datangnya dari syaitan. Dan jika keraguan itu tetap menyertaimu, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Lalu tinggalkan hal yang membuatmu ragu itu."

Untuk urusan2 dunia, saya menunggu hati saya yakin baru saya mengambilnya. Buat saya, tak mengambil hal yang orang lihat sebagai sebuah berkah karena saya meragu, bukanlah sebuah malapetaka. Dari pengalaman yang sudah2, ketika saya meragu, lebih baik buat saya untuk nggak meneruskannya. Karena insyaAllah, Allah menyiapkan hal lain yang terbaik untuk urusan akhirat saya. Nggak sukses di hadapan manusia, bukan akhir dari dunia kok. *pukpuk

7 komentar:

  1. dan gambar paling bawah itu apa yah dew?
    tes apa?
    eh kamu kok jahat mau renatha mati? hihihihi

    BalasHapus
  2. harus dong kepo. tes apa?
    tes kelulusan?
    tes ujian masuk perguruan tinggi?
    tes psikotes?
    apa tes kehamilan? #eh

    BalasHapus
  3. Waaaaaaahhhhhh... tersanjung banget dah mbak nesya nih perhatian ke saya bingit. Sampe 3x komen buat nanyain saya ikut tes apa. muihihihihihihi

    tapi, toootttttt.... semua tebakannya salah. ehehehehe ;-)

    BalasHapus
  4. mbak neesya ajarin saya berekspresi kayak mbak neesya gitu dong <<< maksute opo? berekspresi opo yo nak...

    BalasHapus
  5. nak sudahlah skor toefl-mu kan tinggal dikit insyaallah keterima deh s2nya. amin...

    BalasHapus

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)