Yesterday, on the Phone


Her : What's going on this time?

Me : I supposed, apakah saya se-desperate itu?

Her : What are you talking about? What what? Desperate? Haha (she laugh)

Me : (sigh) Iya, apakah saya terlihat desperate banget, sampe kejadian kayak gitu happened in me.

Her : Lah, emang kamu ngerasa gitu?

Me : Oh Tuhan. I'm not! I am not! It's not what I've been thinking about being desperate, but saya heran, apa dia pikir saya desperate gitu? Kok dia nggak mikir dari sisi saya, justru egois gitu dengan dirinya sendiri?

Her : I thought kamu harus ngasi pelajaran ke dia?

Me : What do you mean with 'ngasi pelajaran ke dia'?

Her : You should know better than me. Whether you ignore dia selamanya. Or kamu tegasin ke dia. Or apapun yang kamu rasa bisa buat dia nggak ngelakuin itu lagi ke depannya.

Me : I did.

Her : That's good. Someday, when dia datang lagi, you should keep in mind, dia itu jerk after all. Kok saya ngerasa orang kayak gitu ngejengkelin banget sih? Crazy? No, no, worse than just crazy.

Me : (laugh) Ya, i keep on being conscious kok. I could still differ whether's right or wrong. ( I smile) just trust me.

Her : That's a relief. Berarti saya masih ngobrol sama haps nih ya. Haha (She laugh)

.................................................................................





You. You realized it or not, tapi seharusnya kamu tahu kalo percakapan ini adalah tentang kamu. Jadi jangan pernah datang lagi kalo kamu cuma bakal membuat saya terkesan sebegitu desperate-nya. I hope this is the last time saya harus keganggu sama percakapan kayak gitu lagi. Kalau kamu emang bener-bener ngerasa teman saya, nggak sepantasnya you make me down. And you should realize, kalau kamu tetap begitu, sooner or later, kamu nggak bakal bisa menemukan saya meski di dunia maya sekalipun. Kalau saya bisa mnghapus akun facebook saya, kenapa enggak dengan twitter dan blog?

You must know, when I said I will, so I really will!