A Sense of Nature

Pandangku terfokus pada semburat langit sore ini.
Cahaya mentari membias, menembus pekatnya awan mendung.
Ah, sungguh keindahan yang mampu memaksa mataku untuk tak mengalihkan pandangan.
Aku bahkan tak punya kamera dengan lensa canggih untuk mengabadikannya.
Hanya mataku: Aku mengabadikannya melalui kedua lensa mataku.
Sementara ingatanku telah lancang tertuju pada sosokmu.

Kamu : yang tetiba menjelma menjadi cahaya mentari sore yang indah.
Kamu : yang tetiba berwujud bulan penuh di malam yang tengah.
Kamu : yang tetiba berbisik melalui angin pagi yang dingin.
Dan selalu kamu : yang dalam setiap keindahan alam selalu menjelajahi pikiran.

Ah, berapa banyak sore seperti ini yang telah kuhabiskan?
Dan masih saja pikiran ini lancang menjelmakan dirimu dalam sebuah bayangan.
Tapi, tenanglah.
Kesadaran merajaiku sepenuhnya : bahwa keindahanmu hanya akan kuabadikan dalam diam.
Kupastikan tak kan ada selaras rindu dalam bait kata yang mengantarai kita berdua.

Seperti mentari sore kali ini yang cahayanya bebas menembus awan sepekat mendung,
aku tak akan membebanimu dengan segala rindu yang melulu.
Tapi jangan larang aku membebaskan perasaanku : biar ia hanya untukku tanpa pernah sampai padamu.

Kamu, tetaplah dengan keindahanmu.
Kan kuabadikan dalam diamku.


Bdl, Ba'da Ashar, 25/10/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)