Happy Ending (kah?!)

Tanggal 4 kemarin, tepatnya hari kamis, saya telah melewati ujian meja. Yudisium, or whatsoever the name.. Intinya, last step lah sebelum saya wisuda-an.. Saya yang khawatir, cemas, dan segala rasa (baca postingan saya sebelumnya disini) terang aja super duper grogi... Meski pada malam hari sebelum hari H, room-mate saya sudah memantra-mantrai saya dengan thousand words of great motivation about me, tetap saja saya panas dingin. 

Tepat di depan pintu ruang ujian, saya loncat-loncat. (that's one of the best ways to relieve my nervous) sambil membaca satu do'a yang sangat membantu saya: "Robbish-rohli shodri wa yassirli amri wahlul uqdatan millisani yafqahu qauli"... dan berdo'a juga agar Allah membantu saya di dalam. 


Alhamdulillah, saya bisa menguasai diri ketika presentasi (pendadaran, or whatsoever the name lah..) memaparkan isi skripsi saya. Penuh percaya diri (sebenarnya, di-percayapercaya-in sih), dan gak ada rasa grogi pun. Hanya saja, ada hal yang membuat segalanya gak berjalan lancar. Adalah saya, mahasiswa yang sudah lama gak berkarya. Sehingga, ketika salah seorang penguji bertanya (dan ini masih sesi petama!) saya agak gelagapan menjawabnya! Bukan karena saya tak menguasai isi skripsi saya (meski iya sedikit sih..), tapi lebih kepada ke-arah mana beliau membawa petanyaan tersebut?!


Namun, dengan mengingat pernyataan senior saya sehari sebelumnya, :'Kalau masih bisa, usahakan untuk bersikap kooperatif saja. Mereka adalah penguji yang merasa diri mereka Lebih berpengalaman dan lebih taw tentang bahasan yang kita gagas.' Maka, saya memilih untuk tidak menggebu-gebu dalam memberi bantahan. Ketika saya disodorkan pertanyaan, saya menjawab sesuai dengan apa yang saya pahami. Jika yang disodorkan adalah saran, maka saya tak perlu membantahnya (hey, itu hanya sebuah saran, hanya butuh di pertimbangkan untuk di terima atau tidak kan? easy as that really).

Ya, meski agak terbata-bata di awal, namun kemudian saya memilih utuk melanjutkan tuturan saya. Anggap saja saya sedang berkicau. Karena toh, saya sudah di dalam ruangan dan tidak bisa keluar sebelum saya menyelesaikannya. Just want to get it all over... Maka penguji satu, penguji dua, penguji tiga, penguji berikutnya, hingga terakhir adalah ketua penguji... Saya membiarkan mereka menghujani saya dengan pertanyaan, celaan, dan bantahan.

In that case, I made a big mistake... Ada satu kalimat yang bodohnya terucap dari mulut saya yang malah justru terkesan saya menjatuhkan sripsi saya sendiri. Dan ini menyebabkan ketua penguji (who ex-officio pembimbing 1 saya) suaranya menggelegar hingga luar ruangan. Saya menggigit lidah sambil merutuk dalam hati ' why am I that so stupid?!' Argh....

Selesai, saya disila keluar ruangan. Giliran teman satu ujian saya yang masuk ruangan untuk istilah kasarnya, "dibantai". Keluar dari ruangan, saya tidak berhenti menyalahkan diri. Dengan gerakan cepat, saya mengambil handphone dan menghubungi mommy tercinta. Meminta backing-an do'a agar dituturkan pada Yang Paling Berkuasa se-jagat raya...Pikir saya, ini ibu saya nih, yang di telapak kakinya ada surga. Kalau beliau mendoakan saya pada Allah yang Kekuasaan-Nya meliputi langit dan bumi, Hasilnya khan.. mungkin saja saja bisa dapat 'A'. huehueheuhe. Tapi, beneran deh...that's my hope definitely. (Ada yang masih berpikir saya gak normal? So the situation may have been :D)

Cemas, saya menghubungi room-mate saya untuk curhat. Saya bahkan kepikiran jangan-jangan harus ngulang ujian. Junior yang nungguin di luar ruang ujian aja sampe nanya, 'kenapa kak tadi? Suaranya pace (ketua penguji: red) keras banget sampe kedengeran dari luar!)' Dan saya hanya menjawab dengan cengiran (atw mungkin tepatnya seringai?) Saya betul-betul takut... 'masa' saya harus ngulang sih?!' 'Emang pernah ada kasusnya mahasiswa yang disuruh ngulang ujian?' 'aduh, gimana nilai saya nanti.. masa' dapet B?!'

Well, yang bikin tulisan ini bisa diberi judul seperti di atas, karena one thing is hard to believe ketika di umumkan hasilnya, dan disebutkan oleh ketua tim penguji bahwa, 
HAPSARI DIAN WAHYUNINGRUM dengan skripsi berjudul PENGARUH ISLAM TERHADAP PERUMUSAN KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA telah yudisium dengan nilai yudisium A, dan nilai skripsi A. Jadi total IPK saudara 3, 83.


It's really hard to believe. Di depan para penguji saya masih sempat cubit punggung tangan saya sendiri. Jangan-jangan saya bermimpi. Jadi, cerita ini Happy Ending (kah?!)... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)