Hampir Akhir Part 2

Hidup memang tak begitu berasa tanpa adanya halangan dan cobaan. Itu yang beberapa hari ini saya rasakan. Bisa jadi, halangan-halangan yang saya dapati itu memang sebuah punishment yang layak saya dapatkan (mengingat begitu banyaknya kesalahan yang saya lakukan)…

Beberapa waktu lalu sempat saya khawatir, cemas (bahasa EYD-nya mungkin “galau” kali ya..) kalau-kalau saya tidak bisa ikut ujian meja sampai batas yang di tentukan. Pasalnya, setiap kali saya hendak konsultasi dengan pembimbing 1 saya (untuk kejar isian lembar kontrol which salah satu syarat untuk ujian meja), beliau selalu saja berhalangan. Parahnya, halangannya karena beliau berada di luar kota! Well, saya hampir saja putus asa. Berkas ujian belum masuk, lembar pengesahan skripsi belum di tandatangani pembimbing, lembar kontrol belum terisi satu-pun (especially lembar bimbingan dengan pembimbing 1 saya). Skripsi saya belum acc, while jadwal pengurusan plus ujian meja hanya bersisa satu pekan! Jika tidak bersisa sedikit saja keimanan dalam hati saya, mungkin saya menjadi satu diantara sekian manusia-manusia yang jatuh pada kehinaan bernama “keputusasaan”..

But  amazing, banyak kejadian yang bikin saya banyak-banyak bersyukur dan semakin percaya bahwa pertolongan Allah itu sungguh dekat. Berkas-berkas bisa saya urus meski skripsi belum acc. Meski bermasalah di pembimbing 1, tapi kelancaran proses bimbingan di pembimbing 2 menjadi semangat untuk terus maju. Kerahkan jurus negosiasi (really, ilmu yang saya pelajari ini works loh..) pada jurusan untuk dibuatkan jadwal ujian dengan janji bisa dapat “ridho” pembimbing 1 secepatnya. Tiba-tiba dapat teman senasib sepembimbing-an yang juga mau ujian meja tapi masih “berkendala” (ini benar-benar jadi motivasi untuk lebih berusaha lagi). Akhirnya, janjian untuk bisa ujian bersama, saling menyemangati untuk selesaikan berkas secepatnya, dan bernegosiasi dengan pembimbing dengan ektra maneuver. Yeah, tak lepas bahwa itu semua bagian dari pertolongan Allah.

Akhirnya, saya menjadi satu mahasiswa yang memiliki rekor bisa ujian meja dan dapat acc dari pembimbing 1 saya hanya dengan 1 kali menghadap. Mungkin, orang pikir ‘Ah, biasa aja kali. Banyak kok yang begitu. Kadang, pembimbing kan emang gak terlalu care sama skripsi mahasiswa bimbingannya karena mereka terlalu sibuk.’ Well, mungkin ada benarnya juga ya. Tapi, kasus pembimbing saya ini beda. Dedikasi beliau terhadap mahasiswa bimbingannya tidak perlu diragukan. Beliau adalah orang yang sangat concern terhadap kualitas mahasiswanya. Beliau termasuk diantara dosen yang betul-betul berusaha membimbing (yang ini kadang disalahartikan oleh teman-teman saya sebagai sebuah pendiktean) mahasiswa bimbingannya agar menghasilkan sebuah karya yang “berkualitas”. Karenanya, tak heran jika rekan-rekan saya yang jadi mahasiswa bimbingannya seringnya harus merevisi skripsinya hingga berkali-kali (menurut pengalaman yang sudah-sudah, minimal 4 atau 5 kali lah). That’s why, saya hampir bisa masuk ke dalam Guinness Book of Record dengan kelangkaan ini. Haha…. (agak sedikit lebay sih J)

Dan, segera setelah acc saya dapatkan, jadwal ujian pun keluar. Hari Rabu: yang seharusnya adalah hari ini. Namun, hidup ternyata memang gak semudah yang saya bayangkan. Selasa ketika saya mengurus undangan dan hendak mengantar ke rumah penguji satu persatu, kemudian ada sms masuk di ponsel saya. Dari pembimbing satu saya who ex-officio ketua penguji, bunyinya:
Kalau hari Rabu saya tidak bisa.

Rasanya kaki saya lemas saat itu. Undangan sudah dicetak, sudah juga konfirmasi kesemua penguji yang lain tentang jadwal ujian, dan saya harus menghadapi sms dengan bunyi seperti itu?
Shock
Hock
Ock
Ck
(**(#&$%&@)*_@(#&*#^&@!@#@Q$^@%)@&%$!)!*@

Beruntung saat itu saya tidak sendirian. Saya sedang berada di ruang jurusan. Sehingga bunda, pegawai di jurusan yang tahu keadaan itu segera mengambil alih keadaan, lalu dengan teknik negosiasi pada pembimbing 1 saya by phone, disepakati jadwal ujian diundur satu hari. Dan yeah, kamis (besok!) saya akan betul-betul ujian meja.

Alhamdulillah….

Hanya itu yang bisa terucap dari mulut saya. Kemudian otak saya berpacu, mungkin memang itu jalan terbaik. Agar saya semakin prepare dengan materi skripsi saya. Lha, manusia kan emang baru bisa ngambil hikmah kalau sudah capek dengan semua pikiran negatifnya. huehhuehueheueheeueh 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)