Hampir Akhir

A-K-U  B-A-H-A-G-I-A

Rasanya dua kata itu yang saat ini paling ingin kudendangkan.. untuk mengabarkan pada dunia bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Ya, saya bahagia kawan.. benar-benar bahagia. Bagaimana tidak, saya benar-benar sulit percaya kalau pada akhirnya saya akan melewatinya juga. Masa-masa sulit itu, untuk membuktikan pada orang tua, bahwa saya bisa memenuhi janjiku. Dan, lusa saya akan ujian meja…. Inilah hasilnya.
Memang sih, kalau dipikir-pikir, orang yang baru ujian meja ibaratnya masih lampu kuning. Belum lampu hijau. Tapi paling tidak, saya sudah melewati masa berhenti sejenak (kalau 1 tahun dianggap sejenak, boleh-lah…) untuk mendapati saya berada pada lampu merah. Dan, tetap, menunggu adalah aktivitas paling membosankan dalam hidup seluruh manusia…


Saya memang tidak bisa menjamin bahwa saya akan mampu melewati ujian meja semulus kendaraan yang meluncur di jalan tol. Tapi, saya percaya, bahwa Allah Maha Menetapkan segalanya. Jadi, saya akan pasrah saja. Dengan slogan saya: usaha saja dulu! Dengan tetap berharap bahwa pertolongan Allah akan turun pada saya di hari ketika saya harus berdiri memberi pemaparan pada sidang kelak. Harapan kuat, bisa mendapat “A” untuk nilai skripsi saya. Hahaha, #ngarep


Tak ada persiapan khusus sebenarnya. Jelas, penguasaan materi skripsi itu yang utama yang mesti dipersiapkan. Tapi, yang paling penting bagi saya adalah do’a. Karena saya tipe orang yang sangat percaya dengan kekuatan do’a. Do’a adalah kekuatan bagi kaum muslim. Saya sangat percaya itu.


Beberapa bulan lalu, saya terus mengoceh bahwa saya addicted pada salah seorang teman saya bernama Rina (siapa Rina, baca tulisan saya sebelumnya disini). Sehingga, di kepala saya terformat bahwa saya hanya akan mampu maju seminar proposal lalu kerja skripsi saya dengan bantuan dia. Disinilah letak kesalahan saya. Saya menyandarkan harapan saya pada makhluk… dan, saya khilaf…
 
Ketika Rina tak kunjung memberi bantuannya (karena pada saat yang sama dia juga tengah sibuk dengan revisi skripsinya).. saya sibuk dengan main-main saya. Selengekan, cengengesan, berkelit dan silat lidah, Cuma hal itu yang saya bisa lakukan ketika mampir pertanyaan, “kapan wisuda?”, “gimana progress skripsinya?”, “udah sampai BAB berapa?”. Masih aja bebal dan gak mau sadar…


Sampai hari dimana Rina diwisuda. Pikiran awal yang bilang, baguslah, dengan Rina diwisuda, dia akan bisa bantu saya… menguap dan lenyap. Saya lupa kalau Rina juga punya kehidupan-nya dan saya mungkin memang teman baiknya, tapi dia tidak punya kewajiban atas diri saya… disitulah, saya merasa ditinggalkan… saya kehilangan arah…


Namun, akhirnya saya sadar (though it’s too late) kalau ada satu yang tak akan meninggalkan saya. Allah..

Sebulan saya berdo’a… dalam setiap sujud saya. Menyadari ke-khilafan saya dan merasa bahwa saya bukan apa-apa di hadapan-Nya. La haula wala quwwata illa billah… dan saya bermunajat pada-Nya, memohon kekuatan dari-Nya untuk berdiri di kaki sendiri. Dan, disinilah saya sekarang. Hampir jadi sarjana, dengan skripsi murni hasil karya saya. Dengan bantuan Allah tentunya. :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)