Pernah dengar tentang
klasifikasi manusia seperti ini?
1. Jenis Manusia yang Tahu
bahwa dirinya Tahu.
2. Jenis Manusia yang Tahu kalo
dirinya Tidak Tahu.
3. Jenis Manusia yang Tidak
Tahu kalo dirinya Tahu.
4. Jenis Manusia yang Tidak
Tahu kalo dirinya Tidak Tahu.
Saya sendiri sudah beberapa
lama ini menganalisa bahwa saya masuk pada jenis manusia yang pertama dan
kedua. Setelah bertahun-tahun saya berkutat dengan hipotesa-hipotesa. Berapa
lama waktu yang saya habiskan dalam sebuah kesimpulan, “there’s something wrong with me.” But I don’t really know what’s
really wrong tho.
Yang jelas, saya tahu pasti
bahwa saya memiliki segala pengetahuan yang sedikit itu. Saya masuk pada
kategori Tahu. Hanya saja, I’m still
wondering, knowing a little much is another burden. Kalo kamu tahu sesuatu
itu salah dan kamu masih saja melakukannya, maka kamu akan mengalami perang
batin. Dan itu tidaklah mudah. Kalo kamu tahu hal yang seharusnya kamu lakukan
tapi justru nggak kamu lakukan, maka akan ada justifikasi dan segala self blaming. Dan itu adalah hal
yang menyakitkan.
Knowing
a little much sometimes isn’t better, I guess. Because it will torture you more
than anything else.
Terlepas dari semua itu saya
masih akan tetap bersyukur. Saya rasa, ini semua adalah salah satu bentuk
penjagaan Allah terhadap diri saya. Saya tahu benar bagaimana aura negative itu
memenuhi ruang nafas saya. Dan segala pengetahuan yang sedikit itu menjadi
filter sekaligus prosesor agar aura positif bisa menggantikannya. Meski
terkadang filter itu masih sering bocor. Dan prosesornya terkadang macet. Haha.
Maka, sangat benar yang sebuah
perkataan yang dikirimkan oleh teman saya:
Ketika tadi
saya scrolling down lini masa, dan
mendapati sebuah kutipan dari seorang yang memutuskan pindah dari negeri
sendiri untuk berjuang di negeri asing (yang ia pilih) sana, maka saya melihat
ada desah ketakutan yang wajar dimiliki manusia. Namun hebatnya, ia mampu untuk
bertekad dan berpasrah pada Allah sebagai Tuhannya. Dari sisi ragawi, yang
tampak di hadapan manusia, mungkin ia bukan seorang yang shaleh (atau setidaknya
belum sampai pada taraf keshalehan umumnya). Tapi dari sisi kepasrahan dan
keyakinan pada Allah, saya harus meneladaninya. Kalau kamu memang memiliki
pengetahuan yang sedikit itu, haps, maka kamu harus bisa melawan
ketakutan-ketakutanmu dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya sumber
kekuatanmu.
Ohya, dia juga
mengatakan: Manusia punya rasa takut, tapi manusia punya Tuhan, yang
menghilangkan rasa sedih dan takut. Sebaik-baik pelindung adalah Dia, Sang Maha
(Allah). Percaya saja.
Dia juga
mengingatkan tentang bagaimana hebatnya persiapan berupa : Perencanaan. Dan
ketetapan akan takdir Allah akan kemudahan yang membuat kita maju, atau kesulitan
yang menahan kita dan seharusnya menjadikan kita ikhlas, pasrah.
Terimakasih penulis
kesayangan. Tulisanmu benar-benar menginspirasi. Semoga Allah beri mbak taufiq,
hidayah serta kebaikan yang berlimpah.
Dan untukku,
semoga Allah memperbaiki semua urusan dan keadaan. Don’t be afraid, haps. You have Allah, right? No need to worry. Ask Him to turn what you wish you'll be.
Really. Don't gaze your future sadly, haps. Cheer up!
Ohya, saya masih terus bergumul dengan segala ketakutan-ketakutan saya akan masa depan. Di luar mungkin saya terlihat tenang, but i can't deny it's boiling deep inside. Haha. Ini salah satu cara saya untuk menenangkan diri. Kamu tahu teorinya, pasti akan diuji dengan praakteknya, right? Semoga saya lulus ujian ya.