Malam ini saya melankolis, banget. Entahlah, tetiba saja
saya mudah tersentuh hatinya. Saya tak bisa membendung airmata saya saat sebuah
stasiun televisi swasta menayangkan kisah seorang kakek berkewarganegaraan Cina,
pengayuh becak yang miskin dan papa tapi berhati mulia.
Mirisnya, ia hanyalah tukang becak yang penghasilannya tak
seberapa. Tapi dengan hatinya yang mulia ia menyumbangkan SELURUH
penghasilannya dari mengayuh becak itu ke panti asuhan. Sementara untuk makan,
ia memilih MEMULUNG. Diceritakan, hingga pada usiake 91 tahun ia datang ke
panti asuhan tempat ia selalu menyumbangkan penghasilannya, ia pun meminta maaf
karena tak bisa lagi mengayuh becak karena sering sakit-sakitan. Dan di hari
itu, ia menyumbangkan uang penghasilannya yang terakhir.
Saya sangat terharu. Kakek itu seorang Cina yang bukan
muslim. Tapi dalam keadaannya yang miskin itu, ia membawa semangat berbagi yang
begitu besar. Semangat berbuat untuk sesama. Saya benar-benar tak bisa
menghentikan airmata saya.
Saya malu, saya tersedu-sedu. Saya, seorang muslim, masih
muda, dan bukan termasuk orang miskin. Tapi semangat saya untuk membantu sesama
belum sebesar kakek itu. Apalagi ini bulan Ramadhan. Saya malu...
Lantas saya berdoa pada Allah, saya ingin menjadi manusia
yang berguna, dan bisa menolong sesama. Hingga akhir hayat saya.
Para malaikat, “aamiin”-kan doa saya. Ya Allah, kabulkanlah
Ya Allah.
Bdl, 27 Juli 2012
"Lantas saya berdoa pada Allah, saya ingin menjadi manusia yang berguna, dan bisa menolong sesama. Hingga akhir hayat saya." --> Aamiin... :')
BalasHapus