Impulsif



Saya masih saja sering mengalami disorientasi...

Kapan itu saya pernah baca (tapi lupa baca dimana), bahwa disorientasi adalah satu indikasi bahwa seseorang jauh dari Rabb-Nya. Jika seorang banyak mengingat Allah, salah satu efek yang akan dirasakannya adalah tidak akan mengalami disorientasi.

Beberapa teman saya juga pernah menasehatkan ke saya untuk tidak terlampau idealis dan perfeksionis. Mereka saja capek melihat saya yang terus berkutat dengan idealisme dan semua pola-pola baku yang menempel di kepala saya. Jika realita tak mampu bersanding dengan idealisme saya, maka disorientasi akan datang lagi.

Saya juga pernah bercita-cita untuk easy going dan menguatkan keimanan terhadap takdir Allah yang menimpa saya. Hari ini, besok, masa depan, semua itu tak terlepas dari takdir Allah. Maka saya tak perlu terlalu cemas. Itu yang saya katakan pada diri saya sendiri. Pada kenyataannya, kita akan diuji dengan perkataan kita sendiri.

Dan jika ujian itu datang, keimanan ini masih saja naik-turun. Hari ini beriman. Hari berikutnya masih tetap beriman. Hari berikutnya lagi, keimanan itu meminta untuk diteguhkan. Dan menjalani proses untuk meneguhkan keimanan itulah yang menguras air mata.

Mungkin akan lebih mudah untuk membiarkan keimanan itu pergi begitu saja. Tapi saya tahu bahwa dalam hidup ini nggak semuanya mudah. Pun demikian dengan hal keimanan. Nggak akan mudah memang, tapi bagaimanapun ia harus dikuatkan.

Kapan kemarin ada yang mencemooh tentang prinsip yang saya jalani: "pada beberapa occasions, kita hanya perlu percaya tanpa perlu bertanya." Padahal, itulah cara yang paling safe menurut saya. Karena untuk beberapa hal, terlalu banyak bertanya hanya akan membuat kita ragu lalu jatuh pada perangkap setan. Dan salah satunya adalah untuk perkara2 takdir. Dalam perkara takdir, prinsip saya adalah mendahulukan keimanan. Tanpa banyak bertanya kenapa dan bagaimananya.

Terlalu banyak bertanya kenapa atau bagaimana atas takdir yg menimpa kita, hanya akan membuat kita semakin terluka, terpuruk, bahkan mungkin tersesat jauh. Padahal jika kita meyakinkan diri bahwa apa yg Allah tetapkan menimpa kita pasti baik untuk kita. Selama kita senantiasa meminta yang terbaik dari-Nya.

Ya Allah, saya berharap bahwa disorientasi-disorientasi ini adalah salah satu panggilan dari Allah untuk kembali mendekat pada-Nya. Bukan bisikan dari setan agar keluar dari keimanan akan takdir Allah.

Yaa muqollibal quluub, tsabbit qalbii 'ala diinik.