I believe that someday I will understand………


Part 2:
Setting Hari/ Tanggal      : jum’at, 22 oktober 2010
                Tempat          : pelabuhan Makassar
                Jam               : 11.30 – 15.15


Saya gak tahu pasti apa nama pelabuhan ini. Yang saya tahu, sudah beberapa kali saya ke pelabuhan ini. Untuk sekedar mengantar (seperti yang saya lakukan hari ini), sekedar menyapa keluarga teman yang transit (1 tahun lalu), dan menjadi pelaku yang sangat berkepentingan di pelabuhan ini (sebagai penumpang kapal, 2 dan 4 tahun lalu).

Suasana di pelabuhan tetap saja sama. Hiruk pikuk, penuh sesak, dengan beragam macam manusia. Dari yang berbusana apa adanya, sampai yang gayanya glamour bak artis ibukota. Dari yang tua ringkih sampai yang masih dalam buaian sang ibu tercinta. Dari yang hanya duduk-duduk merokok sambil megobrol sampai yang berjalan mondar-mandir dengan hape nangkring di telinga. Dengan beragam warna dan kesibukan, tapi satu tujuan : M-E-N-U-N-G-G-U.

Kali ini pun, saya menjadi satu elemen kecil dalam ruang bernama pelabuhan. Masuk pada rutinitas yang sangat dibenci kebanyakan orang. Sama halnya, saya pun sejatinya membenci aktivitas menunggu. Tapi, hari ini saya harus mengeyahkannya dan mencoba menikmatinya. Karena saya tak mau menyesal kemudian.
Hari ini, oom dan tante saya akan berangkat ke Kalimantan_ sebuah tempat yang belum pernah saya kunjungi. Untuk waktu yang tidak ditentukan. Yang pasti, mereka tak kan kembali ke Makassar. Dan hasilnya, saya akan sendirian.

Hati saya ciut membayangkan ini akan terjadi. Meski ketika di kampus atau dihadapan rekan-rekan sejawat saya terkenal sebagai sosok yang sangat independen, tapi saya tidak demikian di hadapan keluarga. Saya masih saja tetap anak bungsu dengan segala “khas”-nya anak bungsu.

Paranoid

Setengah jam yang lalu, di dalam taxi air mata saya hampir tumpah. Namun saya mencoba tegarkan diri. Satu jam ke depan, saya tak tahu air mata saya akan benar-benar tumpah atau tetap tertahan. Hati saya ngeri membayangkan kapal menjauh bersama oom dan tante saya di dalamnya.
Ini yang saya benci dari aktivitas menunggu. Ketika menunggu, saya cenderung paranoid. Saya memikirkan apa yang terjadi setelah proses menunggu itu selesai.  Saya paranoid pada seseorang yang saya tunggu (jika aktivitas menunggu yang saya lakukan berkaitan dengan seseorang). Saya paranoid pada segala hal ketika saya menunggu. Dan saya tersiksa dengan itu semua.

Kali ini saya masih saja paranoid. Tapi saya mencoba untuk menepisnya. Meski dengan itu saya harus berjuang keras.

Satu yang ingin saya sampaikan pada mereka (tapi sepertinya heart  to heart saja, semoga mereka mampu mendengarnya):
LOVE U, MY LOVELY FAMZ !

Continued…

Akhirnya, air mata saya tumpah, saat pulang. Tidak dihadapan oom saya, tapi tak mampu saya sembunyikan dari tante. Melankolis, Cengeng… Padahal, umurku sudah berkepala dua bahkan sudah hampir sarjana.  
Dan saya menangis di sepanjang perjalanan pulang.


Seorang teman memberitahu saya kemudian, bahwa pelabuhan itu bernama SOEKARNO-HATTA. Thx k’Farah bwt infox..         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)