tentang bu dokter misterius

Siang itu cuaca tak panas seperti hari-hari kemarin. Keadaan masjid kampus juga lumayan sepi. Hanya ada dua orang yang sedang bercakap-cakap saat aku datang. Padahal sudah hampir masuk waktu dzuhur. Mungkin para “penghuni” sehari-hari masjid kampus sedang memiliki kesibukan di fakultasnya masing-masing. Toh, mereka kan juga masih berstatus mahasiswa.

Rabu, hari saat ku tak ada kuliah. Biasa, mahasiswa lama sebagaimana pada umumnya memang hanya memiliki sedikit sisa-sisa mata kuliah. Pun demikian dengan aku yang saat ini telah masuk pada tahun ketiga. Dan rabu, adalah satu dari sekian hari aku terbebas dari segala aktivitas perkuliahan. Yah, namanya juga senior!
Rabu kali ini, kakiku tetap melangkah ke dalam kampus meski tak ada kuliah. Tidak pagi-pagi memang. Siapa sudi datang ke kampus pagi-pagi kalau tak ada kuliah pagi! Namun tujuanku kali ini bukan fakultas tempatku biasa menimba ilmu, melainkan masjid kampus yang letaknya di seberang danau. Tak ada tujuan khusus sebenarnya, hanya sekedar lari dari kamar kos-kosan yang sempit dan menjemukan. Dan masjid kampus menjadi alternatif bagus bagiku untuk menyegarkan pikiran yang sempat terkontaminasi oleh kepenatan akibat tugas-tugas yang menumpuk.
Masjid kampus di tempatku memiliki aura khusus bagiku. Ini hanya pendapatku pribadi, tapi suasananya yang tenang, adem, nyaman dan menentramkan menjadi salah satu sumber datangnya inspirasi bagi otakku. Dan pada rabu ini, aku menyempatkan diri berkunjung ke masjid kampus untuk me-refresh kepalaku.
Siang itu cuaca tak panas seperti hari-hari kemarin. Keadaan masjid kampus juga lumayan sepi. Hanya ada dua orang yang sedang bercakap-cakap saat aku datang. Padahal sudah hampir masuk waktu dzuhur. Mungkin para “penghuni” sehari-hari masjid kampus sedang memiliki kesibukan di fakultasnya masing-masing. Toh, mereka kan juga masih berstatus mahasiswa.
Tiang bundar di tengah ruangan menjadi sasaranku. Duduk bersandar padanya, kubuka-buka inbox di ponselku. Kuhapus beberapa sms yang menurutku sudah “kadaluarsa”. Dari ujung mataku, kulihat ada beberapa orang masuk. Bergerombol maupun sendirian. Tak selang berapa lama, adzan dzuhur berkumandang. Dengan berjama’ah, kewajiban shalat dzuhur hari ini telah kutunaikan. Alhamdulillah…..
Entah mengapa, sosok perempuan yang bersandar di dinding masjid dengan masih mengenakan mukena itu menarik perhatianku. Jika kuperkirakan, umurnya mungkin 30-an. Kuberanikan diri duduk disampingnya. Saat itu aku tak tahu, tiba-tiba saja aku mengulurkan tangan mengajaknya berkenalan. Tak seperti kebiasaan orang saat berkenalan, pertanyaan pertama yang kuajukan padanya bukan nama melainkan darimana. Dari percakapan kami, kudapat informasi bahwa ia adalah seorang dokter lulusan universitas tempatku kuliah saat ini yang bekerja di propinsi lain. Namun, ia datang kembali untuk mengikuti ujian untuk mengambil spesialisasi.
Informasi itu bukan suatu hal yang penting bagiku. Namun, ada “something” dari perempuan berwajah sendu itu yang sepertinya memiliki chemistry yang mempengaruhiku. Karena, saat aku beranjak setelah bercakap-cakap dengannya meski hanya beberapa menit saja, tiba-tiba saja air mataku berebut hendak keluar. Tiba-tiba ada perasaan sendu dalam hatiku. Entahlah.
Anehnya, hal itu berulang. Keesokannya pada jam yang sama dan tempat yang sama, aku bertemu dengan bu dokter itu lagi. Entah, aku juga tak tahu. Tiba-tiba saja aku menghampirinya untuk menyapa. Berbincang sedikit saja lalu kemudian berpisah, air mataku lagi-lagi hendak mengalir. Perasaan aneh itu muncul lagi. Seperti sedih, seperti haru.
Dan dua hari ini, tanpa kutahu namanya, bu dokter itu telah berhasil membuatku menangis di masjid kampus! Anehnya, tanpa alasan yang jelas!
Masjid Kampus, 7-8 Oktober 2009

2 komentar:

  1. mangx apa yang dibicarakn? kok abis pisah tiba2 nangis gt? klo tnpa sebab kn aneh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyya ya.. Memang sepertinya sangat aneh. Saat itu, gak ada hal khusus yg kmi perbincangkan. Hanya hal umum ttg kedatangan dokter itu. Cuma, ada sesuatu dgn wajah dokter itu. Setiap menatap wajahnya, saya seperti merasa kasihan?! Ahahaha.. Mungkin memang saya yg aneh :-)

      Hapus

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)