Dalam buku Al Fawaid, Ibnul Qayyim mengatakan, "Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi."
Dua hari yang lalu seorang teman mengirim pesan menggiurkan. Mengajak saya bepergian (travelling) dengan destinasi yang belum pernah saya datangi : ACEH. Dan dia katakan pula bahwa jalan-jalan ini sebagai kado bulan yang istimewa untuk kami berdua (dia dan saya lahir di bulan yang sama, dengan tanggal yang berdekatan pula. Hanya sehari selangnya). Saya begitu ingin mengiyakan ajakan itu. Tapi, ada banyak hal yang menjadi pertimbangan saya. Dan ada banyak hal yang tidak bisa begitu saja saya tinggalkan untuk sekedar bersenang-senang. Saya sangat merasa bahwa bertambahnya umur dan ilmu membuat pertimbangan itu menjadi semakin banyak. Kalau saya yang dulu, mungkin bisa saja akan langsung packing dan nekat pergi. Tapi tidak kali ini. Tidak dalam beberapa tahun belakangan ini. Seberapa besarnya pun saya menyukai kata PERGI.
Terkadang, ada saja penyesalan saat saya dapati foto teman-teman dengan background tempat-tempat indah. "Kenapa saya nggak ikut pergi?!" Tapi, saya lebih tersiksa dengan penyesalan saat teringat momen buruk saat saya terburu-buru pergi. Ada saja hal yang saya sesali jika saya pergi dengan pertimbangan yang pendek (baca: nekat). Maka, sudah cukup penyesalan-penyesalan itu. Saya tak mau mengulanginya lagi.
Setelah dua hari berkutat dengan pertimbangan-pertimbangan, akhirnya saya putuskan untuk mengirim pesan maaf pada teman saya itu. Saya meminta maaf karena tidak menerima ajakannya. Meski saya ingin sekali. Saya meminta maaf karena ada hal-hal yang tidak bisa saya tinggalkan meskipun saya tahu dia jauh lebih sibuk dibanding saya. Dan jawaban dia membuat hati saya lebih mencelos lagi : "Haha, ga papa kok."
Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Dan apa yang Allah tidak kehendaki pasti tidak akan terjadi. Saya hanya berharap, di tahun depan (tahun 2018) kehendak Allah sesuai dengan apa yang saya kehendaki. Saya masih ingin tetap pergi. Ya Allah, cukup saya dan Engkau yang tahu kemana saya ingin pergi.
Ya Allah, Engkau yang paling mengetahui isi hati. Engkau yang mendalami keinginan diri ini. Saya hanya bisa berserah. Pasrah.