Me-ng-Galau


Oh, Tuhan. Sudah berapa kalimat keluhan yang sudah menghiasi blog saya ini. Belum lagi pada kehidupan sesunguhnya yang saya jalani. Saya, benar-benar sungguh tak tau diri... 

Tadi temen saya Rahma baru saja mengabarkan kalau dia sudah mengirimkan saya materi persiapan ramadhan ke email saya. Parahnya, device saya nggak mendukung saya untuk menilik isi email saya tersebut (attachment). Padahal, saya sendiri yang sedari awal meminta ke Rahma untuk dikirimkan. Jadi rasanya, saya bener-bener tak tau diri banget.

Kemarin, setelah ngobrol agak lama sama kak Farah,komplit dengan adegan nangis-nangisan segala, saya mulai bisa lagi menyusun puing hati saya yang terserak tak tau arah. Saya diingatkan kembali tentang keistiqomahan dalam berdoa. Betapa kemarin saya berlenggang tanpa benar-benar meminta pada-Nya. Doa saya timbul tenggelam. Kadang begitu kuat, tapi tak jarang seperti asap yang sangat lemah. Wuss, hilang bersama angin.

Barusan, saya mencoba lagi berkompromi dengan diri sendiri. Bertanya pada diri tentang apa yang paling saya ingin lakukan, apa yang paling ingin saya dapatkan jika Allah hendak mengabulkan permintaan pertama saya. Selama ini yang saya harapkan untuk pertama dikabulkan Allah adalah saya bisa mati dalam keadaan husnul khotimah. Tapi, pada kenyataannya saya jarang berhati-hati. Saya sering menyeret nyawa saya pada kesempatan mati sia-sia, dan masih sering mengangankannya. Tapi apa yang terjadi pada saya yang masih hidup sampai hari ini, meski saya kemarin-kemarin sering konyol, membuat saya yakin bahwa tak ada yang sia-sia dari doa. Seberapa pun mustahil kelihatannya doa tersebut untuk dikabulkan. Karena jika Allah berkata jadi, semua akan jadi sesuai dengan kehendak-Nya. 

Kenapa saya galau kayak gini? Itu karena bulan ramadhan tinggal menghitung hari. Dan saya tak punya persiapan apa-apa. Saya selalu bilang kalau saya pengen jadi cewek sholihah. Saya pengen mati dalam keadaan husnul khotimah. Saya pengen masuk syurga. Saya pengen bahagia dunia-akhirat. Tapi, ibadah saya nggak meningkat2. Akhlak saya masih banyak yang rusak. Kelak, kalau saya ditanya malaikat, gimana saya bisa santai menjawab? Ah, ramadan, meski saya begini nekat bertemu denganmu, saya berharap tetap bisa dapat rahmat. Cuci keimanan saya lagi, ya. Kapan saya mati, saya nggak menyesal telah menjalani hidup di dunia.

Ya Allah, tetap genggam erat hati saya. Jangan biarkan ia lari pada hal yang tak semestinya.

*Well, betapa saya kangen dinasehatin lagi. Betapa saya kangen diingatkan lagi. Betapa saya kangen berkumpul dengan teman-teman yang sholih/sholihah lagi.

~There's another time, haps. InsyaAllah. Sabar. Perbaiki saja dulu dirimu. Allah senantiasa mengawasi gerak-gerikmu.