Nahi Mungkar itu, Sulit!


Sore ini, selepas ngajar tahsin di Universitas Malahayati, saya melihat aksi "proses pencopetan" di atas angkot jurusan Karang - Sukarame. Kronologisnya, Saya naik angkot dari Karang duduk di sebelah pintu angkot. Di depan saya sudah ada dua orang perempuan duduk manis. Yang dibelakang supir berbaju merah dan yang sebelahnya berbaju hitam (Selanjutnya disebut PH) . Lalu, nggak lama setelah angkot jalan, ada seorang laki-laki membawa ransel naik dan duduk (sebut saja Lk) di samping perempuan berbaju hitam. Saat itu saya sibuk dengan ponsel, hendak menghubungi kakak ipar yang tadi membuat janji dengan saya tapi saya malah terhalang kendala dan hendak mengklarifikasi. Tapi beberapa kali saya hubungi, no responses. Saat itulah, saya yang awalnya menghadap ke pintu merubah posisi dan memandang lurus ke arah PH. Lalu, saya menyaksikan tangan Lk dibawah ransel hendak masuk ke tas PH. Awalnya, saya pikir saya salah lihat. Atau, saya yang mengartikan buruk. Saya lalu mengalihkan pandangan dengan melihat ke jendela. Saya masih menggenggam ponsel. Saya berinisiatif menghubungi mbak saya saja. Alhamdulillah diangkat. Saat asyik berbicara dengan mbak saya, mata saya melihat ke arah PH lagi. Saat itu saya melihat lagi tangan Lk sedang berusaha masuk ke tas PH. Lalu, pandangan saya bertemu dengan pandanga  Lk. Melihat kalau saya memergoki aksinya, Lk mengubah posisi tangannya. Tapi, Lk masih saja duduk merapat ke PH. Padahal, tempat duduk di sampinh Lk masih luas.
 Mengtahui kalau penglihatan saya nggak salah, perasaan saya campur aduk. Di satu sisi, saya hendak memberitahu PH untuk memperhatikan tasnya. Di sisi lain, saya sebenarnya sedang ketakutan saat itu.
 Karena bingung nggak tahu hendak berbuat apa, saya terus saja melihat ke arah tas PH. Ketikamelihat Lk masih saja berusaha untuk memasukkan tangannya ke tas PH, saya menyentuh sepatu PH menggunakan kaki saya. Tapi entahlah, beberapa kali saya beri kode, PH nggak sadar dan tetap saja mengarahkan pandangannya ke arah sopir (opposite dengan posisi Lk). Jujur saja, saat itu saya dilemma. Saya hendak memberitahu PH tapi saya takut. Saya hendak mencegah tindakan Lk tapi bagaimana caranya? Saya lebih-lebih nggak berani. Saat saya sadar kalau tempat pemberhentian saya sudah dekat, saya sibuk memikirkan cara memberitahu PH untuk aware terharap Lk. Lalu, ketika saya turun dan menunggu uang kembalian dari si sopir, PH mengarahkan pandangan ke saya. Saat itulah saya memberi kode kepada PH untuk menjaga tasnya. Entahlah, saat angkot sudah jalan lagi, saya nggak tahu apakah PH menangkap kode saya atau tidak. Saya benar-benar ketakutan saat itu. Sampai-Sampai saya langsung masuk ke fotokopian terdekat dan duduk saja disitu saking gemetarannya saya. Saya masih ingat bagaimana Lk memandang saya saat saya berusaha memberi kode kepada PH.
 Ya Allah, ternyata mencegah keburukan terjadi itu sungguh sangat sulit. Ini pengalaman pertama saya melihat aksi kejahatan langsung dengan kedua mata saya sendiri. Saya berharap perlindungan dari Allah atas kejahatan makhluk-makhluk-Nya. Tapi, kalaupun suatu saat saya melihat kejahatan lagi, saya berharap saya sudah bisa lebih berani untuk mencegahnya terjadi.


B.Lampung, 23 Februari 2014










3 komentar:

  1. haii... haii.. hapss...

    sulit memangg. Jangankan yang sikonnya kayak gitu.. dalam keadaan tenang2 pun kadang masih susah...

    BalasHapus
  2. wadoh, sikonx keren bgt.. cara nulisx juga detil..

    sy suka loh..:)
    mdh2n klo ada pnglaman ky gini lgi, bisa lebih berani ya kak.. ^__~

    BalasHapus

Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...

Just make sure saya baca satu persatu :-)