Kemarin saya menyempatkan diri untuk makan coto. Sudah lama sekali rasanya saya tidak menyantap makanan kesukaan saya ini. Tapi, kali ini saya tidak sedang ingin membicarakan tentang coto dan bagaimana lezatnya coto. Kemarin, setelah makan coto (seorang diri, hiks) saya menunggu teman saya untuk pick me up. Karena dia memang sudah mengatakan bahwa mungkin saya akan memiliki waku 30 menit untuk menikmati masa menunggu saya, maka saya benar-benar tidak menyia-nyiakan waktu 30 menit untuk menikmatinya. Saya mencoba menikmati waktu jeda tersebut dengan membaca sebuah buku. (tapi saya juga bukan ingin bercerita tentang isi buku tersebut atau perjuangan memperoleh buku tersebut).
Oke, saya hendak bercerita yang sebenarnya. Ketika jam di hape saya memperlihatkan waktu bahwa saya telah menikmati buku tersebut dalam waktu 25 menit, saya terpaksa menarik mata dari buku dan melihat ke arah jalan. Mungkin saja teman saya itu bisa datang lebih cepat lima menit dari yang ia janjikan. Menengok ke kanan, ke kiri, tapi saya belum mendapati sosoknya di atas motor. Dan ketika kepala saya capek dipakai menengok ke kanan dan ke kiri, saya membiarkan kepala saya memandang lurus ke depan. Saat itulah mata saya menangkap sebuah reklame yang isinya sebuah iklan properties. Awalnya nggak tertarik, tapi karena memang saya hobi membaca dan saat itu I’d still have time to waste, iseng-iseng saya baca seluruh tulisan di reklame tersebut.
Biasa saja isinya, sama seperti iklan properties lain yang membanggakan kenyamanan, letak yang strategis, dan harga (cicilan) yang miring. Namun, ada yang menarik perhatian saya kemudian. Yaitu tanda bintang. (kok tanda bintang sih? >0<) Iya, tanda bintang yang diletakkan setelah promosi hebat yang ditawarkan. Sebagai tanda bahwa syarat dan ketentuan berlaku.
masih belum ngeh tanda bintang yang mana, yuk ngintip contoh gambar di bawah ini:
Yang saya maksud adalah tanda bintang yang kecil banget setelah angka Rp. 35. Mungkin kebanyakan orang tidak terlalu memperhatikannya, tapi saya tidak. Saya senyum-senyum sendiri di pinggir jalan saat itu (kayak orang gila ++). Saya teringat sebuah tulisan dalam blog yang pernah saya baca. Tentang tanda bintang yang menunjukkan syarat dan ketentuan berlaku. Sebuah blog milik seorang mahasiswa kedokteran (itu info yang saya dapat dari tulisannya) yang mungkin sekarang pemilik blog itu sudah menjadi pak dokter (whatever). Yang jelas, blog yang sudah lama sekali saya baca yang pada akhirnya merubah paradigma saya tentang tanda bintang (syarat dan ketentuan berlaku).
Awalnya, saya benci sekali melihat tanda bintang yang selalu muncul pada setiap promosi yang ditawarkan. “Apaan sih ni, promosi kok pake syarat. Bukan promosi kali. Nggak berani total. Dasar, produsen nggak mau rugi!” tapi, setelah saya membaca tulisan pak dokter pada blog tersebut, pikiran saya sedikit terbuka. Pada akhirnya paradigma saya berubah dalam menilai tanda bintang (syarat dan ketentuan berlaku). Terkadang memang ada hal-hal yang harus menggunakan tanda bintang. Dan pak dokter itu memberikan contoh paling konkret yang bisa bahkan harus menerapkan tanda bintang (syarat dan ketentuan berlaku). Yaitu pada ibadah/amalan seseorang. Dalam hal ibadah, amalan kita akan diterima dengan tanda bintang (syarat dan ketentuan berlaku) : bahwa kita harus IKHLAS, dan MENCONTOHI RASULULLAH. Jadi, tidak begitu saja bisa diterima ibadah/amalan seseorang tanpa mengikuti tanda bintang (syarat dan ketentuan berlaku) tersebut.
Mungkin masih banyak hal yang memerlukan tanda bintang (syarat dan ketentuan berlaku). Jadi, sabarlah dan tidak usah mencemooh dulu ketika melihat itu di selebaran atau pada kehidupan nyata kita. Renungkan saja dulu. Cari hikmahnya.
Dan setelah menunggu selama 30 menit, membaca beberapa lembar buku, mengamati iklan properties, mengingat tulisan pak dokter dan senyum-senyum sendiri di pinggir jalan, akhirnya teman saya datang juga.