Life must go on.
Kemarin saya bercerita pada room-mate saya bahwa saya akan melanjutkan hidup saya. Dan, dengan lucunya dia bertanya,’memangnya selama ini kamu mati?’ heuheuehue garing banget ya…
Saya memang tidak mati. Tapi, esensi hidup hampir saja tidak lagi saya rasakan. Esensi hidup tidak lagi saya nikmati dalam beberapa waktu belakangan. Manusia memang banyak yang hidup, tapi mereka tidak benar-benar “hidup”. Hidup harus bergerak. Jadi hidup = bergerak atau melakukan pergerakan.
Selama penyusunan skripsi beberapa bulan belakangan, saya seperti mati. Tidak ada pergerakan yang saya lakukan. Saya hanya berkutat pada skripsi, buku-buku angkuh yang merasa benar sendiri, dan internet yang lebih sering bikin jengkel karena koneksi lambatnya. Saya seperti mati. Karena saya tidak bergerak. Hanya diam di tempat. Gamang…
Karenanya, selepas yudisium, saya ber-azzam untuk kembali melanjutkan hidup saya. Saya akan bergerak, dan mungkin akan terus bergerak. Sangat familiar pernyataan bahwa life is never flat. Dan bagi saya, hidup memang seperti itu.
Karenanya, saya merencanakan banyak hal dalam hidup saya. Mungkin saya akan melanjutkan S2 saya. Mungkin di UI, UGM, atau bahkan di luar negeri. Saya mungkin akan menikah tahun depan atau tahun-tahun ke depannya. Mungkin saya akan bisa menjadi dosen, atau seorang istri yang baik. Mungkin saya akan menjadi direktur utama pemilik sebuah yayasan. Saya mungkin akan memiliki banyak uang dan jadi seorang yang dermawan. Atau mungkin saya hidup pas-pasan tapi tetap membantu banyak orang. Saya bisa menjadi konsultan, atau pengusaha merangkap sebagai ibu rumah tangga. Banyak hal yang kemudian bisa saya lakukan. Jika saya terus hidup. Dan tidak lain, ini mengindikasikan pergerakan.
Saya bukan seorang feminist, maka saya akan berkata menjadi ibu rumah tangga pun indikasi sebuah pergerakan. Ibu rumah tangga sekarang banyak yang kreatif. Orang mungkin bisa saja berpikir bahwa seorang perempuan yang menuliskan ‘ibu rumah tangga’ dalam kolom pekerjaan pada identitasnya adalah seorang yang hanya berkutat pada pekerjaan berbau rumah dan tangga (apa sih haps…gak jelas banget!). Namun, sepertinya banyak yang tidak tahu hal-hal menakjubkan apa yang bisa dilakukan ibu rumah tangga yang bahkan tidak mampu dilakukan oleh para wanita karier.
Tapi saya juga bukan seorang konserfatif yang melarang seorang perempuan untuk terus berkarya. Perempuan di bekali Tuhan kemampuan yang sama dalam hal kreatifitas. Meski mungkin dalam kehidupan nyata perempuan tidak se’berani’ dan se’pede’ para lelaki sehingga kreatifitas perempuan tidak muncul. Akibatnya, perempuan seakan hanya dijadikan objek dari kreatifitas para lelaki yang kadang malah justru merendahkan harkat seorang perempuan.
Jadi, saya akan berusaha melanjutkan hidup saya dengan sebaik-baiknya. Dengan percaya, bahwa Allah telah menggariskan takdir-Nya untuk saya. Yang saya perlu lakukan hanyalah berusaha sekuat tenaga, agar Allah merubah takdir-Nya pada saya dan memberikan yang terbaik, atau tetap menggariskan takdir terbaik-Nya pada saya. Huheuheuheue intinya saya tetap ingin mendapatkan yang terbaik. Iyey….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarnya masuk kotak penampungan dulu ya...
Just make sure saya baca satu persatu :-)