Sebenarnya saya nggak mau sedih. Seenggaknya, saya nggak mau memperlihatkan kalo saya sedih. Di dunia nyata, saya termasuk manusia suram. Jadi, kenapa di dunia maya saya terus bergelut dalam kesuraman?
Surprise....
Sebenarnya saya nggak mau sedih. Seenggaknya, saya nggak mau memperlihatkan kalo saya sedih. Di dunia nyata, saya termasuk manusia suram. Jadi, kenapa di dunia maya saya terus bergelut dalam kesuraman?
Short Memory Lost
Berapa banyak yang telah hilang dari saya? Entahlah, mungkin ratusan, mungkin ribuan. Yang saya tahu, partikel2 itu lenyap begitu saja. Terhapus? Terkikis begitu saja? Aus? Tergantikan? Sebegitu lemahnyakah kemampuan otak saya? Atau memori kepala saya yang nggak sebesar orang kebanyakan? Semoga ini bukan penyakit alzheimer yang akhir2 ini santer disebut2 dalam istilah kedokteran. Semoga tidak. Karena kebanyakan yang hilang dari kepala saya adalah memori yang sudah sangat lama. Orang-orang yang nggak lagi saya kenal. Tempat-tempat yang sudah banyak saya lupa. Saya mencoba mencari-cari di kotak memori saya. Tapi, saya tetap nggak mampu menemukannya.
Saya, payah!
A Wish
Saya berharap ada kejutan di tanggal 1 bulan 3 tahun ini. Tapi, jauh di dalam sini (nunjuk ke dada), saya tau kalo harapan saya itu sangat redup. Ia jauh untuk tercapai. Meski demikian, saya terlalu sering membohongi diri sendiri. Begitu pun dengan kali ini. Biar saja kalo saya berbohong. Toh, ke diri saya ini. Saya hanya ingin tetap percaya, harapan itu masih terus ada..
Tuhan, biarkan saya berharap.
Telomoyo, Action!
menuju Telomoyo |
makan gratis |
naik-naik |
naik lagi |
naik terussss |
Subhanallah! |
cantik :-) |
go home |
cantik |
Intitled
Aku merindu dalam diam. Laksana laut tanpa deburan ombak. Seperti hutan tanpa kicau burung. Aku menginginkanmu dalam kehampaan, temaram bak kuburan.
Not Me, Sorry
Kemarin, seorang teman menelpon saya. Katanya ingin saja mendengar suara saya. Sedang kacau kepalanya. Jadi, dia berharap suara cempreng saya bisa lebih memekakkan telinganya dan lalu biar kepalanya pecah. Biar dia gak lagi susah. Teman saya ini sudah ketularan gila, rupanya. Ahahahaha
Well, saya bercerita ini itu. Apa saja yang nyangkut di kepala saya. Karena dia sendiri, menelpon tapi diam saja. Tak mau bercerita. Karena saya, paling gak suka keheningan di kabel telpon. Selalu mengira sinyal putus begitu saja. Maka saya saja yang berbicara tak putus-putus.
Di akhir telpon, dia meminta saya menulis untuk dia. Membuat sebuah tulisan khusus untuk dia baca. Tapi saya katakan, saya bukan tipikal penulis bayaran. Saya selalu menulis untuk diri saya sendiri. Saya tak bisa di-request menulis untuk orang atau badan tertentu. Mungkin emang saya yang bodoh atau terlampau lebar ruang kebebasan saya. Bahkan saya katakan ke dia, " kalo saya bisa menulis untuk orang lain, mungkin saya gak lagi sibuk nge-blog, tapi sudah jadi wartawan. Tapi kenyataannya kan enggak. Itu karena saya cuma bisa menulis untuk diri saya sendiri."
Yah, beginilah saya. Sebut saja saya bodoh atau gak fungsional. But, so what?! I love my life. That's enough :-D
Momentum
Kata temen, saya ini nggak romantis. Nggak peka sama perasaan orang lain. Tapi, kata temen juga, saya ini melankolis, ngebikin dia mau muntah kalo saya mulai berprosa ria. Di lain waktu, temen saya bilang, saya ini kelewat sanguin. Lucunya ngelebihin badut pesta. Trus, temen-temen kuliah bilang kalo saya ini kelewat bossy. Selalu ingin mendominasi. Gimana saya sebenarnya, saya nggak yakin juga. Orang selalu berkata yang berbeda-beda. Tapi, selama saya nyaman, saya akan tetap menjadi diri saya sendiri saja. Terserah orang mau bilang apa.
Tapi-tapi, masukan dari orang lain berharga juga sih.. Tiap kejelekan kita, orang lain kan yang lebih paham. Hanya saja, saya selalu butuh sebuah momentum untuk berubah. Yah, sebuah momentum yang menjadi alasan saya bisa berubah. Nggak tahu ini baik atau buruk.
Kali ini saya menunggu sebuah momentum. Ada hal yang ingin saya rubah dari diri saya, kali ini.
Syawal Hampir Berakhir
Hidup tak melulu bercerita tentang cinta, kau naksir siapa, kau ditaksir siapa. Hidupku telah berjalan dalam beberapa fase berbeda. Saya pernah masuk pada fase pencarian, seorang yang sudah ada jauh sebelum saya ada, tapi baru mulai menggerogoti rasa penasaran ketika usia saya berkepala dua. Dan, hidupku juga pernah berada pada titik saya berhenti mencari orang tersebut, menganggap dunia akan baik-baik saja meski saya tak pernah mengenalnya, tak pernah tahu wajahnya.
Tiga orang sahabat saya berkata saya ini bodoh. Terlampau idiot untuk berhenti setelah pencarian menegangkan yang penuh upaya. Tapi, mungkin memang begitulah saya. Banyak pertimbangan saya saat itu. Saya ingin berhenti menjadi orang paling egois sedunia. Banyak hati yang mungkin akan tersakiti ketika saya meneruskannya. Dan, tepat ketika saya hendak mengetuk pintu rumahnya, saya memutuskan untuk kembali. Saya memilih untuk tak peduli.
Sampai rumah saya menangis. Menangisi hal-hal yang saya sendiri tak yakin apa. Banyak pertanyaan memenuhi kepala. Lalu, saya merangkum semua tanya, amarah, dan kekecewaan dalam beberapa bait kata...
Jika benang merah itu kusut tak beraturan, kita mungkin masih bisa bertemu setelah mengurainya satu persatu. Tapi, benang merah itu tak ada. Yang ada hanyalah aliran darah yang mengendap dalam satu nyawa. Saya. Hanya saya.
Girls Talk
Barusan temen nelpon. She said, "I'm missing your anoyying voice." Dia cerita panjang lebar. Hebatnya, temanya adalah sama tentang hal yang baru saja kemarin saya rasakan juga. Beruntung saya sudah melewati lebih dulu dari dia. Jadi, seenggaknya saya bisa kasih sedikit nasihat ke dia.
Saya berusaha wise nanggepin protes-protesnya dia. Karena saya kemarin tepat berada di posisinya dia. Well yah, gitulah cewek. Udah punya solusi sebenernya, tapi tetep gak afdhol klo belum cerita ke temen deketnya. Xixixixi :-D
Let see 3 years later
"Ampun deh haps. Kayak gitu gak usah dipikirin banget-banget. Santai aja kali." suaranya di seberang telepon terdengar geli menahan tawa.
"Ye, serius dikit sih. Saya udah mulai ketakutan nih." Saya sedikit merajuk.
"Ih, haps yang saya kenal nggak kayak gitu kali. Haps tuh orangnya cuek. Cuek banget malah. Kok sekarang?!"
"Udah deh. Kamu mau ngejek-ngejek apa mau ngasih solusi nih?! Saya nggak yakin mau bersikap kayak gimana lagi." Saya memindahkan ponsel dari telinga kiri ke telinga kanan, sedikit jengkel.
"Yah, kalo menurutku sih kamu nyantai aja. Kan semuanya belum jelas. Bisa jadi semua itu masih 3 atau 4 tahun mendatang. Sementara takdir dalam setahun ini aja, kita nggak ada yang tahu. Bisa jadi dalam tahun ini, tertakdir..."
"Halo, halo, ye... Putus." Saya kembali memencet panggilan keluar dan menelpon ulang.
"Telepon yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan."
Pasti lowbat.. Pikir saya dalam hati.
Yah, saya pikir ada benarnya juga. Yang harus saya lakukan hanyalah sedikit tenang, dan santai saja. Banyak hal yang bisa terjadi dalam kurun waktu 3 sampai 4 tahun. Toh, saya boleh memilih untuk tidak menunggu. Jadi, kita lihat saja nanti.
Kota Daeng
Akhir Januari lalu, saya berkesempatan mengunjungi kota Daeng. Bukan kunjungan pertama kali sebenarnya, tapi kali ini benar-benar berasa istimewanya. Saya ke kota Daeng bukan dalam rangka lanjut s2, bukan juga karena berwisata. Kota Daeng kali ini menjadi tempat transit saya.
Beruntung, ada kak nining yang berinisiatif mengajak saya mengunjungi losari. Makan pisang eppe disana. Dan yah, inilah dokumentasi seadanya :-)
3 Angels
Pagi cinta. Euforia persahabatan kita masih penuh di kepala saya nih... Semoga tetap rekah sampai kita berkumpul di tanah madinah sana. Atau bahkan, tempat terindah bernama syurga. Cinta kalian semua... Mmuuuaaah *ketjup basah :D
Saya lalu memilih tanda sent to Arfi dan Rina.
Mereka berdua adalah sobat saya. Saudara saya. Bagian hidup saya. Teman gila-gilaan saya. Dua orang yang akan menjaga saya, menarik saya kembali ketika saya hendak lari. Mereka yang memahami saya: hancurnya saya, solidnya saya, abstraknya saya, dan berharganya saya.
Persahabatan kami penuh liku. Selama 6 tahun kami masih mencoba bertahan dengan semua keadaan. Sampai bulan kemarin pun, kami masih mengalami clash. Karena ada satu anggota yang tersesat. Terseok-seok seorang diri. Mencoba menepi, mencari jati diri di luar lingkaran kami. Tapi pada akhirnya ia kembali. Dan kami kembali merangkai janji. Sahabat sejati, sampai nanti. Dengan momen pas, walimahannya Arfi.
Ini lah kami, 3 angels dalam versi kami sendiri. Dengan karakter masing-masing kami. Kalo gak manja, bukan Arfi namanya. Kalo gak panikan, bukan Rina namanya. Kalo gak gila, bukan Haps namanya. Dan kami saling menerima satu sama lain.
Arfi udah nikah. Semoga ikatan kami gak melonggar. Janji dia, klo dia mulai lari dari lingkaran, denda umrahkan saya dan Rina. Ihhiyy \m/
Buat Rina, kalo dia menghilang dari kami, denda bayarkan trip saya dan Arfi ke korea beserta pasangan masing2. Iyeyyy \y/
Nah, kalo saya gimana?! Saya gak akan lari, insyaAllah. Diantara kami bertiga, sayalah yang solidnya luar biasa :-)
Best Friend Forever <3
Monolog #2
Saya pernah bertanya pada diri sendiri apa istimewanya saya. Saya pernah memandangi diri di cermin, dari atas ke bawah, lalu kembali dari bawah ke atas. Tapi, saya hanya menemukan sosok perempuan gendut, pendek, hitam, dan jelek. Lalu saya bergumam, tak ada yang spesial dari fisik saya. I see...
Otak saya lalu berjalan pada omongan-omongan tentang sifat-sifat saya dari orang lain. Mungkin disana tersirat satu keistimewaan diri saya. Tapi, saya seperti tertampar berkali-kali tiap mengingat omongan-omongan sekitar. Hapsari tuh egois, mau menang sendiri, suka marah-marah gak jelas, nyebelin, kalo ngomong kasar, gak peka, dsb, dsb, yang wah tak ada satu pun kebaikan disana. Saya lalu berhenti pada titik itu...
Kata orang, saya ini supel, super rame, bahkan terkesan gak tau malu. Apa itu istimewanya saya?
Kata orang saya ini vokal, super berani, dan pintar. Apa itu istimewanya saya?
Kata orang saya ini imut-imut, selalu kelihatan lebih muda dari usia saya, dan penuh semangat. Apa itu istimewanya saya?
Jadi, apa sebenarnya istimewanya saya? Saya gak ingin tahu semua itu, kalo bukan karena kamu.
Me and My Family
Setengah bulan lebih beberapa hari saya pergi meninggalkan rumah. Banyak hal terjadi. Entah gila, atau memang wajar adanya, saya rasakan perjalanan keren bareng bokap. He can always make me keep safe. Seenggaknya, keep me feel safe. Saya baru tau, fight for something I want yang saya punya itu ternyata turunan dr bokap saya. Ahaha, like father, like daughter :-D
Setengah bulan lebih beberapa hari saya gak berada di dekat nyokap saya. Nyokap yang cerewet banget demi kebaikan2 anaknya, selalu tau bagaimana membuat nyaman perjalanan saya. She was asking about anything during my trip. Tapi disisi lain nyokap gak pernah annoying dengan nanya2 detil perjalanan saya. Apa saja yg saya lakukan. Dengan siapa. Nyokap seolah memberi ruang bagi privasi saya. Dia percaya saya gak akan macam2. Love you more, mom :-*
Setengah bulan lebih beberapa hari saya cuti dari semua kerjaan. Sista' dan aunty juga gak annoying dengan membiarkan saya lepas sejenak dr semua rutinitas. Bagian kerjaan saya, di pending sampai saya kembali. Bahkan ada beberapa yg diselesaikan oleh mereka berdua.
I think, I love my family more and more. Thank to you God, for giving me so much love through my family.
And now, i'm home.