Sudah
separuh lebih Ramadhan terlewati. Dan suasana penuh berkah ini masih
menyelimuti. Masjid dekat rumah saya, masih ramai tadarusan. Baik setelah
shalat tarawih sampai jam setengah sebelas malam, atau pada saat sahur hingga
subuh datang. And I love it,
alhamdulillah...
Rumah
saya juga selalu dipenuhi anak-anak TPQ tiap sorenya. Bejubel mereka memenuhi
bagian depan rumah saya. Terbagi dalam dua kelompok: anak-anak yang sudah
membaca alqur’an dan anak-anak yang masih belajar membaca buku Iqro.
Suasana
Ramadhan kali ini juga lebih berasa lagi karena di rumah, dua keponakanku yang so lovely itu ikut berpuasa. Zulfa (5
tahun) sudah mulai berpuasa one day full.
Yah, dengan catatan jatah main (terutama lari-larian) dikurangi dan jam tidurnya
diperpanjang. Sementara si kecil Sofiya (3 tahun) sudah belajar berpuasa
setengah hari. Dan subhanallah, mereka berdua tak mencuri-curi makan dan minum
di belakang kami. Tak berani...
Lucunya,
kami para elder, sering menggoda dua
bocah lucu itu. Pernah, di suatu siang..
Saya : “Mbak Zulfa, mau makan
gak? Nih di meja ada makanan.”
Zulfa : “ Gak lah. Kan puasa..”
Pernah
juga ada kejadian seperti ini,
Sofiya : “Umi, kok adzannya lama
sih?” (mulai merengek)
Mbak
saya : “Sabar ya, sayang.
Adzannya bentar lagi.”
Sofiya : “Tapinya kok lama..” (sudah
mulai rewel)
Aunty : “De, Orang yang gak puasa
kenapa?”
Sofiya : “Dosa..”
Aunty : “Ade mau kalo dosa?”
Sofiya : (geleng-geleng kepala, kemudian berhenti
rewel)
It’s really exciting
bisa melewati Ramadhan di rumah begini. Tapi, sudah 8 hari ini saya kedatangan
tamu. My hope besok ia bisa segera
pergi. Soalnya, tamu ini geli-geli menjengkelkan. Karena dia, saya gak bisa
beribadah dengan maksimal. Karena dia juga, saya gak bisa merasakan nikmatnya
puasa meski tetap saja kesulitan makan dan minum. Karena dia juga, saya
langsung mengeluarkan hitungan matematis untuk Syawal nanti. Dan karena dia-lah
Ramadhan saya jadi “berlubang”.
Yah,
tamu ini geli-geli menjengkelkan!
Bdl,
18 Ramadhan 1433 H