Sudah empat bulan saya kembali tinggal di rumah bersama keluarga saya. Dan memang, ketika di awal-awal kedatangan, saya seperti mengalami culture shock. Jelas saja, sudah delapan tahun saya terbiasa dengan hidup jauh dari rumah berkeliling dunia buana. Konsekuensi tinggal jauh dari orangtua dan rumah adalah hidup “semau gue” ala anak kos-kosan. 3 tahun SMA dan 5 tahun kuliah. Yah, kumpul keluarga tiap lebaran tak masuk hitungan untuk bisa merubah warna hidup 8 tahun saya yang serba “saya”.
Saya yang dulunya anak kosan harus mulai membiasakan diri lagi dengan hidup bersama. Mau tak mau, pekerjaan rumah tak bisa seenaknya di-skip meski badan secapek apapun. Mau tak mau, kebiasaan berbagi dan memikirkan orang lain harus mulai dibiasakan lagi. Dan saya, tak bisa lagi hanya berbicara tentang diri saya sendiri. Ada orang lain yang sekarang tinggal dan juga perlu diperhatikan hak-haknya. Begitulah keluarga.
Dan, hal yang paling membuat saya sedikit shock adalah, kenyataan bahwa saya tidak lagi menyandang status anak bungsu yang terbiasa dimanja. Saya, bukan lagi anak emas di rumah saya. Hiks.
Things have changed. Di rumah kini ada dua bocah lucu yang jadi saingan saya. Pada awalnya batin saya clash, jealous karena perhatian dan kasih sayang kedua orangtua saya sekarang telah beralih pada dua keponakan saya itu.
Pada awalnya, saya masih belum bisa menerima itu semua. Ketika selama ini nyokap melebihkan saya dibanding kedua kakak saya, dan satu kali saya dapati nyokap lebih membela cucunya dibanding saya, Saya menganga!
Ketika selama ini bokap yang selalu mencari saya ketika pulang dari Jakarta di akhir pekan, dan suatu malam bokap pulang langsung mencari cucunya untuk memberi hadiah, saya cukup terluka.
Itu menjadi pukulan hebat untuk saya. Saya yang terbiasa menerima itu semua. Saya pikir, status anak bungsu tersayang akan tetap melekat pada saya selamanya. Haha, maybe I’m still the same old stupid girl. Childish… ahahahaha
Cukup lama untuk mengerti bahwa saya memang harus melepas status itu. Empat bulan waktu yang saya butuhkan untuk mencerna semua pelajaran ini. Haha, tapi dari itu semua saya tahu, ada status baru yang sekarang saya sandang: Seorang TANTE. Dan, sekaranglah saatnya saya belajar bagaimana menjalani hidup sebagai seorang tante bagi keponakan-keponakan saya. Saya tahu, mungkin saya tidak bisa menjadi tante yang selalu baik untuk keponakan-keponakan saya. Saya juga tahu, mungkin akan banyak kesalahan-kesalahan yang akan saya lakukan. Tapi, saya akan berusaha menjalani proses hidup saya ini dengan sebaik-baiknya. Satu persatu, saya akan berusaha menikmatinya.
Bismillah, Haps in Progress…
Terimakasih untuk dua keponakan saya yang cantik, lucu, dan pintar. Semoga jadi anak sholehah yang membanggakan.
sofiya (adik) & Zulfa (kakak) |
Terimakasih pula untuk Rysmah atas wejangan di twitter malam itu saat saya mengeluhkan ke-jealous-an saya.